| Dwi Anugrah Mugia Utama | Bobotoh | Mountaineering | Vegetarian | Working Class | Partikel Bebas |

Thursday, June 10, 2010

Budaya Salah Kaprah Hooliganisme di Indonesia


HOOLIGAN; mungkin inilah sebuah kata yang saat ini sedang sangat populer dikalangan penikmat sepakbola Negeri ini. Nama Hooligan saat ini memang telah menjadi sebuah trend dikalangan supporter Indonesia layaknya Skinhead, Punk atau Mods. Contoh kecil, ratusan bahkan ribuan orang memakai nick name kata Hooligan ini pada akun jejaring sosial mereka. Belum lagi ratusan design tshirt/sweater/jacket yang menunjukan bahwa mereka si pemakai adalah seorang Hooligan Sepakbola sebuah tim di Indonesia. Dan masih banyak gejala sosial lainnya yang menunjukan Hooligan saat ini menjadi sebuah trend dikalangan para supporter di tanah air.

Tapi tahukah mereka apa arti sebenarnya dari kata Hooligan tersebut? Kata Hooligan sendiri tidak hanya berfungsi menjadi kata benda (noun) saja yang berarti pendukung fanatik tim Inggris. Dalam konteks yang lebih luas, Hooligan bisa pula berfungsi menjadi kata sifat (adjective), kata kerja (verb), dan kata keterangan (adverb). Semua kelompok kata tersebut mewakili perilaku, sifat, pekerjaan atau perbuatan, dan keterangan atau keadaan yang menggambarkan perilaku tidak sportif, tidak jantan, tidak mau mengakui dan menerima kekalahan, anarki, destruktif, serta fanatisme buta. Jadi, Hooligan bukan hanya ada dalam kamus persepakbolaan, melainkan juga dapat diadopsi dalam realitas yang lain, termasuk politik. Hooliganisme diartikan sebagai tindakan atau perilaku kekerasan dan destruktif. Istilah Hooliganisme sendiri sudah muncul sejak akhir abad ke 19 tepatnya pada 1898 di Inggris.

Hooligan sendiri mengandung artian fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotip supporter dari Negara Inggris, tetapi saat ini telah menjadi sebuah fenomena global. Sebagian besar dari para Hooligan ini merupakan para back-packer yang sangat berpengalaman dalam bepergian. Mereka sering menonton pertandingan yang sangat beresiko besar. Banyak dari mereka sering keluar masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik dengan supporter musuh maupun dengan pihak keamanan sebuah wilayah. Untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan dengan sangat matang untuk sebuah perkelahian. Mereka sangat jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim idolanya, dan memilih berpakaian asal-asalan agar tidak terdeksi oleh pihak keamanan dan pendukung musuh. Para Hooligan ini biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama, tetapi berpencar-pencar. Dan satu yang pasti tujuan utama para Hooligan ini hadir dalam sebuah pertandingan yaitu ingin membuat sebuah keributan, dan menonton sebuah pertandingan menjadi tujuan mereka selanjutnya.

Lalu apakah keadaan ini sejalan dengan tingkah laku para supporter di Negeri ini? Jawabannya sudah pasti sangat jauh sekali. Dalam kamus para Hooligan, kehadiran mereka di arena pertandingan mungkin hanya menyanyikan dan mengumandangkan chants-chants tim kebangsaan mereka dan tidak pernah mengenal dengan yang nama nya tetabuhan tambur dan tari-tari an di dalam stadion layaknya supporter di Indonesia. Selain itu pun para Hooligan tidak mengenal dengan yang namanya flair berwarna dan berasap tebal atau beraneka ragam petasan yang selama ini sering terlihat dan menjadi ciri khas stadion-stadion di Indonesia (karena hal ini merupakan ciri khas para Ultras).

Sangat disayangkan Hooligan di Indonesia saat ini lebih diartikan menjadi sebuah trend bahkan fashion, karena namanya yang sangat keren dan kebarat-baratan. Mereka cenderung menjadi seorang fashion victim, yang memakai sesuatu tanpa tau maksud dan tujuan dibalik pakaian/atribut yang mereka gunakan. Memakai tshirt dengan kata-kata yang super menakutkan dan menunjukan seorang Hooligan sejati, tetapi untuk melakoni laga away saja harus berfikir berpuluh-puluh kali karena kota A dan B bukan bagian dari teman kelompok mereka. Apakah seperti ini layak menyandang ‘gelar’ seorang Hooligan? Inilah budaya salah kaprah yang terjadi dikalangan para pecinta sepakbola tanah air selama ini. Kenapa kita tidak percaya diri untuk memakai dan mengembangkan culture kita sendiri yang sudah turun menurun dan cenderung bangga memakai culture luar. Sudah saat nya kita semua kembali pada culture budaya kita sebagai orang timur, termasuk dalam hal menjadi seorang supporter sepakbola. Mengapa harus bangga menggunakan kata-kata Hooligan, Ultras, atau sejuta kata keren lainnya yang jelas-jelas bukan milik kita. Perkenalkan budaya kita pada dunia bukan kita yang menjadi korban budaya dunia.

*disadur dari berbagai sumber

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Thursday, June 3, 2010

Bintang Tim Nasional: Garuda Merah vs Garuda Putih



Bintang Tim Nasional
Garuda Merah vs Garuda Putih
Resmi sudah diselenggarakan koran olahraga Top Skor dan portal Goal.Com, dengan mengundang sekitar 4 pemain 'naturalisasi' dalam 'CharityGame' yang akan berlangsung 4 dan 7 Agustus, di Stadion Gajayana Malang dan 10 November Tambaksari Surabaya.

Para pemain yang masuk nom...inasi nantinya, akan dipilih oleh dua arsitek muda Indonesia, Rachmad Darmawan dan Jaya Hartono. Diperkirakan, akan terpilih 15 pemain untuk Garuda Merah dan 15 pemain untuk Garuda Putih.

Demikan para pemain yang masuk nominasi pemain nasional masa depan Indonesia :

Hasil Poling KIPER
Kepada anggota PSSI TANDINGAN yang kami hormati. Setelah sebulan mendata poling dari semua penggila bola Indonesia. Nominasi penjaga gawang yang sudah masuk database, akhirnya kami pilih enam kiper favorit Anda. Keenam kiper ini nanti akan disaring menjadi empat punggawa di atas mistar, sebagai pemain nasional Tim Garuda Merah dan Garuda Putih.

Keenam kiper ini selama sebulan mampu meraih suara terbanyak. Mereka terdiri adalah Kurnia Meiga (Arema, 20 tahun) meraih 109 suara, Markus Haris Maulana (Persib, 29 tahun) dapat 93 suara, Ferry Rotinsulu (Sriwijaya FC, 28 tahun) dengan 51 suara, Donovan Partosoebroto (Ajax Jr, 20 tahun) dengan 23 suara, Tri Windu Anggono (SAD, 18 tahu) dapat 22 suara, dan disusul Danang Wihatmoko (Persijap, 28 tahun) meraih 21.

Hasil Poling BELAKANG
Sesuai dengan hasil kriteria poling sejak 16 April 2010 lalu, akhirnya kami pilih 12 pemain di posisi belakang. Kriterianya sebagai berikut: Satu : Bukan pemain tim nasional terakhir asuhan Benny Dollo. Dua : Bisa dari bekas tim asuhan Benny Dollo, jika berusia diantara 21 – 26 tahun.

Hasilnya, ke-12 pemain tersebut adalah Ricardo Salampessy (Persipura, 24 tahun) menjadi unggulan dengan 88 suara, Yericho Cristiantoko (SAD, 18 tahun) dengan 46 suara, Irfan Raditya (Arema, 22 tahun) meraih 38 suara, Zulkifly Sukur (Arema, 26 tahun) dengan 36 suara, M. Wildansyah (Persib, 23 tahun) 35 suara, Purwaka Yudi (Arema, 26 tahun) dapat 31 suara, M. Roby (Persisam, 25 tahun) 31 suara, Jayusman Triasdi (Persebaya, 23 tahun) meraih 29 suara, Benny Wahyudi (Arema, 24 tahun) dapat 27 suara, Bobby Satria (Sriwijaya FC, 24 tahun) 22 suara, Zaenal Haq (SAD, 18 tahun) 17 suara, Dedi Gusmawan (PSPS, 25 tahun) 10 suara.

Hasil Poling TENGAH
Sesuai dengan hasil kriteria poling sejak 16 April 2010 lalu, akhirnya kami pilih 12 pemain di posisi lini tengah. Kriterianya sebagai berikut: Satu : Bukan pemain tim nasional terakhir asuhan Benny Dollo. Dua : Bekas tim asuhan Benny Dollo, masih bisa terpilih jika berusia diantara 21 – 26 tahun.

Ke-12 barisan yang diharapkan bisa memainkan karakter sebagai playmaker, destroyer, dynamo dan gelandang serang ini, akhirnya terpilih adalah Atep (Persib. 25 tahun) meraih 112 suara, Eka Ramdani (Persib, 26 tahun) dapat 82 suara, Hariono (Persib, 25 tahun) memperoleh 74 suara, Ahmad Bustomi (Arema, 25 tahun) 52 suara, Siswanto (Persema, 26 tahun) 52 suara, Taufik (Persebaya, 24 tahun) 51 suara, Arif Suyono (Sriwijaya FC, 26 tahun) 51 suara, Ian Louis Kabes (Persipura, 24 tahun) 46 suara, Abdulrachman.Lestaluhu (SAD, 18 tahun) mendapat 33 suara, Emmanual Wanggai (Persipura, 22 tahun) 33 suara, Johan Johansyah (Persijap, 22 tahun) 27 suara dan yang terakhir M. Nasuha (Sriwijaya FC, 26 tahun) 26 suara.

Hasil Poling DEPAN
Sesuai dengan hasil kriteria poling sejak 16 April 2010 lalu, akhirnya kami pilih 12 pemain di posisi lini depan. Kriterianya sebagai berikut: Satu : Bukan pemain tim nasional terakhir asuhan Benny Dollo. Dua : Bekas tim asuhan Benny Dollo, masih bisa terpilih jika berusia diantara 21 – 26 tahun.

Ke-12 pemain yang diharpakan bisa menjadi mesin gol sekaligus memiliki daya jelajah dari sayap kiri dan kanan ini, akhirnya terpilih Boaz Solossa (Persipura, 24 tahun) meraih angka 130 suara, Yongki Aribowo (Persik, 21 tahun) meraih 91 suara, Samsir Alam (SAD, 18 tahun) 63 suara, Andik Vermansyah (Persebaya, 18 tahun) 60 suara, Samsul Arif (Persela, 25 tahun) 50 suara, Irfan Bachdim (SV Argon, 21 tahun) 37 suara, Airlangga Sucipto (Persib, 25 tahun)31 suara, Alan Martha (SAD, 18 tahun 23 suara, Octavianus Maniani (Persitara, 20 tahun) 17 suara, Dendi Santoso (Arema, 20 tahun) 17 suara, Jajang Mulyana (Pelita Jaya, 22 tahun) 15 suara, dan yang terakhir Ferry Aryawan (Persiba, 24 tahun) 15 suara.

*disadur dari berbagai sumber

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Aremania - Viking Korban Sebuah Propaganda


Bagi sebagian orang yang akun Facebook nya ikut bergabung dengan sebuah grup yang bernama Aremania-Viking Satu Warna Bukan Musuh, mungkin pada saat itu terheran-heran, karena begitu saja para admin di grup ini merubah nama grup menjadi Aremania-Bobotoh. Loh memang ada apa? Tidak lama kemudian rasa penasaran di benak saya pada saat itu pun bisa langsung hilang, ketika ada sebuah message yang masuk pada akun Facebook saya yang dibuat oleh admin grup tersebut yang kebetulan dari pihak Aremania. Mungkin belum semua orang membaca, maka dari itu saya reply kembali isi surat tersebut, isinya kurang lebih sebagai berikut:

Salam Satu jiwa. Salam Satu warna. !!
Menanggapi kejadian Aremania tour jakarta 28 mei – 1 juni 2010.
Sangat disayangkan melihat kondisi yang ada saat ini, Grup ini didirikan saat ISL 2010 ini memasuki pekan – pekan awal putaran pertama sebelum arema-persib bertanding di musim ini. Pertama kali tujuan terbentuknya grup ini yaitu memperjelas hubungan antara aremania-viking. kita ketahui sendiri aremania - viking sebelum ISL musim ini bisa dibilang hubungan yang harmonis hampir tidak ada konflik yang terjadi antara Aremania – Viking. Ungkapan “Hubungan yang harmonis” ini juga bukan suatu ungkapan belaka tapi dilihat dari sisi kenyataan yang ada, apa pernah aremania-viking terlibat bentrokan yang parah sampai timbul korban luka. Lantas kenapa Sebelum ISL musim 2010 ini hubungan Aremania-Viking terlintas tidak begitu baik? Kita pasti sadar Aremania merupakan Sahabat baik dengan The Jakmania yang notabene ialah musuh dari Viking, begitupun juga sebaliknya Viking merupakan dulur dari Bonek yang notabene ialah musuh dari aremania. Hal di atas itulah yang membuat hubungan Aremania – Viking seolah-olah kurang harmonis karena sahabat dari masing-masng kelompok sama-sama musuh bebuyutan dari situlah muncul anggapan aremania-viking adalah musuh, dan dari situ juga sering terjadi provokasi dari kelompok lain.
Itu mungkin fakta yang ada dan kami merasa gagal dalam pembentukan grup ini, mohon maaf untuk pihak-pihak yang dirugikan, akibat insiden yang terjadi saat keberangkatan-kepulangan aremania di wilayah jawa barat. Tujuan grup ini yaitu meluruskan dan memperkokoh keharmonisan hubungan antara Aremania – Viking, namun kita semua tidak tahu ternyata berakhir seperti ini. Grup ini gagal meluruskan hubungan Aremania – Viking dan kita biarkan saja Hubungan Aremania – Viking Berjalan apa adanya melihat fakta-fakta yang ada pada masa lalu, sekarang dan esok tanpa ada grup ini. Saat ini terserah anda, opini public, pendapat personal anda pribadi tentang hubungan Aremania – Viking itu sendiri. Anda sendiri dapat menilai pengaruh kelompok supporter lain yang membuat hubungan Aremania – Viking sekarang seperti ini.
Grup ini akan segera dibubarkan. Tapi perlu diketahui oleh banyak pihak yang belum paham AREMANIA DAN VIKING TIDAK PERNAH SALING BENTROK DAN SERANG SEBELUM KEJADIAN 28 MEI - 1 JUNI 2010 INI.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Salam satu Warna. Salam satu Jiwa.

Harus diakui secara gentle jika argumentasi di atas memang benar, sejak kapan publik Bandung bermusuhan dengan publik Malang? Jauh sebelum kita berteman dan bersaudara dengan salah satu “fansclub”, Publik Bandung dan Malang dalam hal ini Viking/Bobotoh dan Aremania sering saling mengunjungi kala pertandingan away masing-masing team, dan tentu perjalanan laga away ini pun berjalan dengan sangat simpatik. Belum pernah terjadi sekalipun Viking/Bobotoh mendapatkan perlakuan yang tidak simpatik ketika di Malang begitu pun sebaliknya, semua berjalan dengan sangat lancar dan terkendali. Lalu kenapa hal yang sangat tidak terpuji seperti kemarin kala Aremania melakoni tour menuju Ibukota mendapatkan perlakuan yang sangat kurang simpatik dari publik di Jawa Barat? Inilah sejarah yang salah kaprah dan tentu harus segera diluruskan agar masalah ini tidak perlu berlarut-larut atau bahkan tidak berujung seperti perselisihan publik Bandung dengan tim Ibukota tentunya.
Sedikit melihat sejarah kebelakang mungkin kesalahpahaman ini terjadi pertama kali ketika Viking dan saudara tua nya Bonek menjalin sebuah ikatan brotherhood yang sangat baik dan mungkin yang pertama di dunia ketika dua fansclub berbeda tim bersatu dan terikat, dan terkenal dengan jargon Satu Hati yang terkenal seantero Negeri ini tentunya. Dan disaat yang sama pun secara tidak sengaja Aremania pun menjalin hubungan brotherhood yang serupa dengan publik Jakarta hal ini tentu saja dengan Jak Mania, yang terkenal dengan jargon Satu Jiwa nya. Mungkin disinilah awal pertentangan dan perpecahan Viking-Aremania bisa disebutkan dimulai, karena sangat terlihat posisi untuk Viking dan Aremania sangat-sangat tidak strategis. Disatu pihak Viking “sedulur” dengan Bonek dan Aremania “sedulur “ dengan Jak Mania, tentu semua orang penikmat sepakbola Nasional atau bahkan orang yang awam sekalipun terhadap dunia si kulit bundar tanah air pasti mengetahui jika Bonek-Aremania dan Viking-Jak Mania tidak pernah sepaham dan mempunyai sejarah perpecahan yang cukup panjang tentunya. Tetapi bukan berarti meskipun Viking “sedulur” dengan Bonek harus bermusuhan dengan Aremania? Begitupun sebaliknya meskipun Aremania “sedulur” dengan Jak Mania harus bermusuhan dengan Viking? Jika memang ingin bermusuhan dengan salah satu fansclub, ya sudahlah masing-masing saja, kenapa harus mengajak fansclub-fansclub lainnya untuk bermusuhan dengan fansclub yang kita benci?
Disinilah akar permasalahannya, ketika jargon Satu Hati dan Satu Jiwa ini mulai merekat pada ke empat fansclub tersebut, dipihak yang lain nampak dan nyaris tidak melakukan backup yang baik untuk membentengi agar hubungan Aremania dan Viking berjalan sebagaimana semestinya. Bahkan sering kita mendengar chants yang bernada olok-olok terhadap Aremania yang dilakukan publik Bandung di stadion kala PERSIB melakoni partai kandang. Sedikit ingin memberikan gambaran, sebenarnya apa yang salah dengan tim Arema memakai embel-embel Indonesia di belakang tim mereka? Bukankah nama PERSIB pun kepanjangan dari PERsatuan Sepak Bola Indonesia Bandung? Lalu apa bedanya dengan AREMA Indonesia yang kepanjangan dari AREk Malang (anak Malang) Indonesia? Secara susunan kata dan pemaknaan dibalik sebuah singkatan pun nyaris sama? Lalu apa yang menjadi sebuah permasalahan?
Bagaikan sebuah bom waktu yang setiap saat siap untuk meledak, perpecahan ini pun berjalan. Dan puncaknya seperti yang terjadi kemarin ketika rombongan Aremania melakukan laga away menuju Ibukota, mereka mendapatkan perlakuan yang kurang simpatik hampir di seluruh kawasan Jawa Barat, oleh oknum yang mengatasnamakan diri mereka sendiri “PERSIB banget”. Ada berbagai kabar burung yang beredar setelah pasca penyerangan kereta yang mengangkut rombongan Aremania ini? Ada yang menyebutkan ada anggota Aremania yang luka-luka lah, ada yang terjatuh dari kereta lah, bahkan ada berita yang mengabarkan kalau ada anggota Aremania yang meninggal dunia. Kebenaran berita ini sampai detik ini mungkin hanya Tuhan yang tau, karena belum ada pernyataan resmi dari pihak korban mengenai jumlah korban yang pasti. Namun satu yang pasti rombongan ini dilempari dibeberapa kota yang terletak di kawasan Jawa Barat bukan hanya oleh batu tetapi juga oleh Bom Molotov, pada saat melakukan perjalan pulang menuju kota Malang.
Sudah cukup korban sia-sia akibat permusuhan yang cenderung kesalah faham ini, sebelum berakhir dengan lebih parah tentunya. Tentu kita pun ingin bisa datang kembali ke Stadion Kanjuruhan Malang dengan perasaan tenang tanpa ada rasa ketakutan sedikit pun, begitu pun sebaliknya Aremania pun tentu ingin kembali menginjakan kaki mereka kembali ke Stadion Siliwangi seperti dulu. Karena kita mendukung PERSIB tidak hanya untuk laga kandang saja, kita pun tentu saja ingin merasakan atmosfer seluruh stadion yang berada di Republik ini. Semoga kejadian kemarin menjadi kejadian yang pertama dan juga untuk yang terakhir kalinya. Amin……..

Aremania-Viking bukan musuh. One Blue and One Indonesia
Jayalah Persibku… Jayalah Indonesiaku…

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib