| Dwi Anugrah Mugia Utama | Bobotoh | Mountaineering | Vegetarian | Working Class | Partikel Bebas |

Wednesday, December 1, 2010

Harapan dalam Tubuh Naturalisasi

Bahagia, senang, gembira, bangga, terharu, mungkin itulah beberapa kata yang bisa menggambarkan perasaan seluruh masyarakat Indonesia malam tadi, tidak peduli itu seorang fans setia Timnas Garuda atau seseorang yang selalu mempertanyakan arti Nasionalisme seumur hidup nya. Namun satu yang pasti, penampilan Firman Utina dkk malam itu memang sangat luar biasa. Malaysia yang turun dengan skuad terbaiknya dibantai tanpa ampun dengan score yang cukup fantastis 5-1. Setidaknya hasil yang diraih malam tadi seakan menjadi sebuah pembuktian bagi Negeri tetangga yang dalam beberapa tahun terakhir selalu saja berselisih faham dengan Negara kita, mulai dari sengketa sebuah Pulau terluar sampai pelanggaran hak cipta (meskipun sebenarnya di dalam Islam sih dilarang keras untuk dendam hehe).

Dalam pertandingan melawan Malaysia tersebut timnas Garuda diperkuat pemain ‘baru’ dengan wajah lama hasil naturalisasi PSSI yakni punggawa PERSIB Bandung Christian Gonzales dan striker PERSEMA Malang Irfan Bachdim. Bahkan tanpa disangka ke dua bomber baru ini pun langsung mencetak goal di event resmi perdananya memakai seragam Merah Putih.

Seluruh penikmat sepakbola tanah air pasti mengenal siapa sosok seorang Christian GĂ©rard Alvaro Gonzales, maklum saja beliau merupakan striker terproduktif yang pernah dilahirkan Liga Indonesia. Sejak tahun 2003 ketika mendarat di Indonesia untuk pertama kali dan memutuskan untuk membela panji PSM Makasar, Gonzales sudah berhasil menyabet gelar top score Liga Indonesia 4 kali, top score Piala Indonesia 1 kali dan berhasil membawa tim PERSIK Kediri menjadi kampiun di Liga Indonesia tahun 2006. Dan yang membanggakan sebenarnya Christian Gonzales ingin memperkuat Timnas Garuda sejak beliau mengucap 2 kalimat syahadat menjadi seorang mualaf dan menikahi istri nya Eva Siregar yang notabene nya merupakan orang Indonesia asli. Namun entah mengapa pengajuan naturalisasi ini baru dikabulkan PSSI ketika usia Gonzales sudah menginjak 34 tahun. Tapi seperti pepatah bilang “Lebih baik terlamat daripada tidak sama sekali”, toh seorang Gonzales pun saat ini masih menjadi salah satu striker terbaik di Liga Indonesia dan masih memiliki naluri sebagai predator di kotak penalty lawan, meskipun kecepatan dan stamina nya tidak sebaik 4 atau 6 tahun kebelakang. Tapi satu yang pasti Christian Gonzales sangat mencintai Negara baru nya ini.

Nama ke dua yakni Irfan Bachdim, mungkin nama Bachdim tidak se famous Gonzales dalam dunia persepakbolaan Indonesia, maklum saja tahun ini merupakan tahun pertama Bachdim merasakan atmosfir panas nya Liga Indonesia. Meskipun musim kemarin sebenarnya Bachdim sempat melamar pada PERSIB Bandung dan PERSIJA Jakarta, namun ke dua tim ini menolak Bachdim dengan alasan yang sama, yakni Bachdim terlalu stylist untuk permainan sekeras Liga Indonesia. Di awal musim ini bersama PERSEMA Malang, Bachdim berhasil mencuri perhatian publik sepakbola Indonesia. Betapa tidak dalam beberapa pertandingan, Bachdim selalu membuktikan dengan goal-goal indah nya ke gawang lawan bersama PERSEMA Malang. Hal ini pun mendapatkan respon positif dari pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl yang langsung memberikan tempat Bachdim untuk membela panji merah putih. Keberuntungan pun nampak tidak menjauh dari Bachdim, dalam pertandingan melawan Malaysia tadi malam Bachdim diberikan kepercayaan penuh oleh Alferd Riedl untuk menjadi starter dan tandem Christian Gonzales. Bahkan duet naturalisai ini pun secara tidak langsung berhasil melengserkan satu posisi abadi yang dimiliki striker PERSIJA Jakarta Bambang Pamungkas di lini depan Timnas Garuda. Layaknya cerita-cerita dongeng, di malam pertama nya bersama Timnas Indonesia Bachdim tampil sangat luar biasa, Bachdim berhasil menjaringkan 1 goal dan satu penyebab bek Malaysia M Asraruddin Putra melakukan goal bunuh diri. Bachdim pun berhasil medapatkan gelar Man Of The Match pada pertandingan tersebut, mengalahkan para pencetak goal lain nya seperti Christian Gonzales, M.Ridwan dan Arif Suyono. Ternyata respon yang di dapat Bachdim dari masyarakat luas terhadap performa nya dilapangan, saya yakin mungkin sangat diluar ekspetasi. Bagaimana tidak malam tersebut seolah menjadi malam nya Bachdim, di situs jejaring sosial Twitter, Bachdim berhasil menjadi Worldwide Trending Topic no 2 setelah World AIDS selama satu malam penuh, bahkan ketika saya menulis ini di pagi hari pun Bachdim masih menjadi perbincangan no satu para pengguna Twitter di Indonesia. Seolah menjadi selebriti dadakan, acount twitter Bachdim pun di buru khalayak ramai pengguna jejaring sosial. Sebelum pertandingan melawan Malaysia berlangsung account pribadi milik Bachdim ini hanya memiliki sekitar 4000 followers, tetapi sampai pagi ini ketika saya melihat kembali ternyata sudah memiliki 29110 followers. Wow….. Dan yang lebih lucu ketua partai Demokrat Anas Urbaningrum pun ikut-ikutan berkomentar mengenai Bachdim di account miliknya. “Irfan Bachdim berpotensi menjadi bintang baru Timnas. Asalkan tidak cepat puas dan tidak berbelok menjadi pemain sinetron, hehe. Bachdim, lanjut gan!” seloroh nya, yang tentu mendapat respon luar biasa dari masyarakat dunia maia. Tetapi dibalik superior nya seorang Irfan Bachdim malam itu sebenarnya ada sesuatu hal yang sangat mengganjal dalam hati saya. Dalam wawancara dengan para wartawan yang dilakukan sesaat setelah pertandingan, terlihat Bachdim melakukan wawancara menggunakan bahasa Inggris. Berbeda dengan Gonzales yang melakukan wawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia meskipun dengan aksen khas orang luar. Bahkan jika di lihat dalam account twitter nya Bachdim selalu menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan khalayak luas, tanpa sisipan bahasa Indonesia sedikitpun. Mungkinkan seorang Irfan Bachdim belum bisa berbahasa Indonesia? Entah lah mungkin hanya beliau dan Tuhan yang tau. Jujur, sebenarnya saya sih saya kecewa berat. Memang seorang Irfan Bachdim belum cukup lama tinggal dan belajar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tetapi ketika Bachdim sudah memiliki KTP dan Pasport Indonesia dan menggunakan jersey berlambang Garuda di dada nya, adalah sebuah pertanyaan besar bagi saya. Bukankah dalam Sumpah Pemuda point ke tiga pun mengatakan ”Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Berbeda konteks bila dibandingkan dengan yang dilakukan pelatih Alferd Riedl, meskipun beliau saat ini mengarsiteki Timnas Garuda tetapi beliau tidak pernah mengucapkan sumpah dan mendeklarasikan diri menjadi bagian NKRI dan itu murni sebagai seorang pekerja profesional. Mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi PSSI dan pemain-pemain berwajah Indo lain nya yang saat ini mungkin terobsesi dengan keberhasilan seorang Irfan Bachdim. Ketika mengucapkan janji setia pada Negara baru nya, setidak nya pula bisa dan faham meskipun hanya sedikit.

Hari minggu ini pasukan Garuda akan kembali berlaga dalam ajang AFF Suzuki Cup 2010 berikutnya melawan Laos, yang di pertandingan perdana nya di luar dugaan berhasil menahan imbang salah satu tim unggulan Thailand 2-2. Tentu masyarakat pecinta sepakbola tanah air pun akan kembali berharap lebih pada ketajaman 2 pemain naturalisai ini, karena bagaimana pun Christian Gonzales dan Irfan Bachdim saat ini sudah menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selamat berjuang Indonesia ku! Berjuanglah sampai titik keringat terakhir di lapangan! Kami selalu merindukan prestasi yang terlahir, bukan sekedar cacian dan makian yang terlalu sering masyarakat dengungkan! Rebut supremasi raja sepakbola di kawasan Asia Tenggara untuk pertama kalinya. Ini kandang kita! B.E.L.I.E.V.E.!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib