| Dwi Anugrah Mugia Utama | Bobotoh | Mountaineering | Vegetarian | Working Class | Partikel Bebas |

Sunday, May 16, 2010

Rasialisme PSSI Version


Lagi-lagi Lembaga tertinggi persepakbolaan di negara ini membuat sebuah aturan absurd dan sangat tidak masuk akal. Komisi Disiplin melalui juru bicaranya Hinca bahwa Panpel Persib mendapatkan denda atas kejadian yang berlangsung di stadion Si Jalak Harupak Kab.Bandung saat Persib Bandung menjamu Persebaya Surabaya karena Komisi Disiplin PSSI menilai puluhan ribu penonton yang hadir menyanyikan yel-yel yang berbau rasis.
Apakah di dalam kamus bahasa Indonesia telah diubah bahwa kata-kata kasar seperti maaf-anjing dan goblog termasuk kata rasis? Di belahan dunia mana pun termasuk negara-negara yang sangat menjunjung tinggi HAM seperti Inggris atau bahkan Amerika Serikat pun yang saat ini sedang demam sepakbola, menonton sepakbola pasti tidak akan pernah jauh dari yang namanya ngumpat-mengumpat terhadap tim lawan. Berbeda konteks kalau berbicara rasialisme seperti kasus yang menimpa striker muda Inter Milan Balloteli ketika mendapat ejekan suara monyet oleh para pendukung Juventus ketika kedua tim bertemu. Atau kasus Samuel Eto'o musim yang lalu ketika mendapatkan perlakuan serupa dari pendukung Villareal dan Valencia. Lalu mengapa PSSI tidak bisa membedakan antara berbicara kasar/mengumpat dengan berbicara rasis? apakah berbicara kasar sekarang ini tidak diperbolehkan di dalam kawasan stadion di seluruh Indonesia?

BEBERAPA CHANTS FANS CLUB EROPA UNTUK RIVAL MEREKA MASING-MASING:

Oh Merseyside (oh Merseyside),
Is full of s**t (is full of s**t),
Oh Merseyside is full of s**t,
Its full of s**t, s**t and more s**t,
Oh Merseyside is full of s**t.
*Chants Manchester United Fans terhadap seteru abadi mereka Liverpool.

Benitez have you ever? Have you ever? seen your dick?
*chants para pendukung tim di Liga Inggris untuk mengina pelatih Liverpool Rafa Benitez.

Galatasaray, galatasaray we want going to fuc**d your mom.
*yel-yel Fans Fenerbache Turki untuk seteru abadi mereka Galatasaray.

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Klasifikasi Penonton Sepakbola


1.Hooligan
Hooligan adalah fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotif supporter sepakbola dari Inggris, namun akhi-akhir ini menjadi fenomena dunia termasuk negara Indonesia sendiri. Sebagian besar dari hooligan adalah para backpacker yang berpengalaman dalam melakukan sebuah perjalanan. Tidak sedikit dari mereka yang sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat dalam sebuah bentrokan. Mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim pujaannya agar tidak terdeksi kehadiran mereka oleh pihak aparat. Meski demikian, keunggulan dari hooligan ini mereka paling anti menggunakan senjata dalam melakukan sebuah duel, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok banci.
2.Ultras
Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian 'di luar kebiasaan'. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion. Karakter mereka cenderung tempramental, tidak jauh seperti hooliga. Jika tim nya kalah bertanding atau diremehkan pihak musuh. Namun perbedaan mereka dengan hooligan terletak pada tujuan kehadiran mereka di stadion. Tujuan utama kehadiran mereka adalah untuk mendukung tim, bukan untuk menunjukan kekuatan lewat adu fisik. Anggota ultras biasanya merupakan anggota yang setia dan loyal terhadap tim yang mereka bela.
3.The VIP
Bagi mereka, yang penting bukan menonton sepakbola, melainkan supaya ditontong penonton lain. Sebagian besar penonton ini adalah kaum selebritas yang hadir diantara kerumunan orang selain itu pun mereka para pebisnis tingkat tinggi yang menyaksikan pertandingan di kotak VIP (skyboxes) demi sebuah gengsi untuk sebuah pencitraan diri. Merka tidak perduli dengan hasil pertandingan, kecuali itu akan mempengaruhi bisnis yang digelutinya.
4.Daddy/Mommy
Mereka adalah orang-orang yang suka membawa anggota keluarga ke dalam stadion. Bagi mereka menonton pertandingan sepakbola dalam sebuah stadion merupakan sebuah hiburan rekreasi keluarga. Oleh karena itu, biasanya tipe ini hadir ke stadion ketika tiket pertandingan tidak terlalu mahal seperti pada babak-babak penyisihan. Sebagian besar para Daddy/Mommy ini adalah karyawan yang bekerja secara profesional yang gemar terhadap sepakbola namun tidak terlalu fanatik. Letak duduk mereka di stadion pun biasanya jauh dari para hooligan dan ultras.
5.Pohon Natal
Pohon natal karena sekujur tubuh mereka dibenuhi berbagai atribut klub, mulai dari pin, badge, scraft, jersey, kupluk, topi, corat-coret wajah, beraneka ragam wig, sampai tato yang menghiasi tubuh mereka. Berbeda dengan ultras dan hooligan yang selalu laki-laki, christmas tree bisa laki-laki maupun perempuan, tampil sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mereka tak hanya menonton sepakbola tetepi juga berusaha menunjukan identitas negara atau kelompok mereka. Mereka biasanya duduk berkelompok di areal yang jauh dari hooligan dan ultras.
6.The Expert
Sebagian besar adalah para pensiunan yang telah berumur. Meraka tak sayang menggunakan uang pensiunannya untuk bertaruh. Tak heran wajah mereka selalu bertaruh. Tak jarang pula mereka meneguk berbotol-botol minuman karena saking tegangnya. Namun 'para ahli' pertaruhan ini biasanya hanya tertarik pada pertandingan sekelas World Cup dan UEFA cup, bukan pada pertandingan liga. Letak duduk mereka biasanya selalu dekat gawang untuk memudahkan mereka berteriak bak seorang pelatih.
7.Couch Potato
Muingkin inilahkelompok terbesar dari fans sepakbola. Mereka ini tipe penonton yang tidak hadir langsung ke stadion namun melalui pesawat TV di rumah. Tipe ini berasumsi bahwa menonton melalui TV lebih nyaman daripada membuang uang untuk sebuah pertandingan yang belum tentu bagus. Akan tetapi jangan salah, meskipun hanya menonton di depan TV, mereka juga berdandan seolah-olah berada di dalam lapangan. Kaos tim, bendera dan segera macam atribut lainnya.
So, dimanakah posisi anda berada?

*disadur dari berbagai sumber

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Transformasi Mencari Bentuk



Mungkin manusia ditakdirkan untuk hidup dan berdosa. Hanya untuk mengurai kesempurnaan yang tidak berbilang. Tetapi siapa yang mampu menilai sebuah kesempurnaan? bukan aku, kamu, kalian, maupun yang lainnya. Meluncur begitu saja diantara kaki-kaki bukit hitam yang licin serta berbau amis darah. Toh, dosa sudah lama tak dikunjungi lagi. Meminjam istilah Anton Kurnia, yang dikutip dari bukunya “Dunia tanpa Ingatan”, setelah “tidur panjang” selama lebih dari tiga puluh tahun serta “mimpi buruk” penindasan struktural dan penjajahan kultural yang nyaris tak kunjung usai, kita terbangun bagaikan kumpulan kanibal “yang lupa pada kodratnya sebagai manusia.” Seolah menggambarkan kegetiran yang menimpa perasaan sebagian besar bobotoh di awal musim penyelenggaraan kompetisi Indonesia Super League ini. Karena akibat kebrutalan dan kebodohan sebagian oknum bobotoh yang dilakukan ketika PERSIB mengalami sebuah kekalahan pada awal kompetisi. Akibatnya seluruh bobotoh dan semua pihak yang secara tulus mencintai tim ini pun ikut terkena imbas bagaikan sebuah efek domino. Salah satunya dimana bagaikan seorang pesakitan, kita tidak diperkenankan menggunakan attribut kebanggaan, kala mendukung tim kebanggan secara langsung. Akibat aturan absurd yang dibuat oleh orang-orang tidak profesional yang memimpin jalannya kompetisi ini.
Tahun memang telah berganti, bukan bermaksud underestimate atau bahkan berfikir utopis. Namun ketakutan dan kecemasan hal serupa terjadi kembali, selalu menghantui pikiran pihak-pihak yang mencintai tim ini secara tulus. Karena bukan tanpa alasan kekhawatiran seperti ini akan terjadi kembali, seolah-olah tanpa jera dan perasaan tersakiti, kejadian serupa terus berulang-ulang hampir di setiap tahun nya. Bahkan dengan alibi yang mereka perkuat di dalam benak diri, dan cenderung seperti mencari pembenaran-pembenaran lain yang sifatnya tabu, bahkan hanya mengada-ngada belaka.
Semoga saja seiring bertambahnya usia bumi ini, beriringan pula dengan harapan dan mimpi kita menjadikan bumi ini lebih indah dan sedikit beradab. Why not! Kalau mengutip perkataan bijak K.H. Abdullah Gymnastiar, “Mulailah dari diri sendiri... Mulailah dari hal yang kecil... Mulailah dari sekarang” Cheers!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Bandung Lautan Biru


Bandung merupakan sebuah kota yang memiliki banyak sekali julukan dan ungkapan mulai dari Paris Van Java, Kota Kembang, Bandung lautan api, dan mungkin sekarang ini bertambah satu “Bandung lautan Biru”.

Lho memang ada ya ungkapan seperti itu? Tidak berlebihan rasanya jika melihat Bandung mempunyai sebuah ungkapan baru seperti itu. Ada beberapa bukti yang bisa menjadikan sebuah celotehan tersebut bisa benar-benar terjadi. Yang pertama mungkin kita bisa melihat ternyata hanya di Bandung saja loh yang mempunyai sebuah monumen/patung yang berhubungan dengan tim sepakbola sebuah daerah. Nyatanya di kota-kota lain di Indonesia ini tidak ada seperti hal nya “patung Adjat Sudrajat” tersebut, bahkan yang lebih membanggakan patung tersebut terletak di sebuah jalan protokol di Kota Bandung atau bisa juga disebutkan terletak di tengah-tengah kota Bandung ini, bukan hanya terletak di sebuah pelataran Stadion seperti hal nya kota-kota di Eropa pada umum nya. Hal kedua yang bisa menjadi acuan tentu saja fanatisme bobotoh terhadap Persib yang begitu luar biasa. Salah satu bukti yang paling kongkrit yaitu bagaimana bobotoh selalu membanjiri Stadion Siliwangi ketika Persib bertanding. Bahkan ketika prestasi tim Persib sedang dalam kondisi terpuruk sekali pun Stadion Siliwangi tidak pernah sepi dari serbuan Bobotoh, hal itu sudah terbukti seperti ketika musim tahun 2006 dimana tim Persib nyaris terdegradasi, Siliwangi tetap dipenuhi bobotoh. Bahkan salah satu mantan pemain asing Persib yang kini berkostum PSMS Medan Patricio Jimenez pun pernah berkata, bahwa fanatisme publik Bandung terhadap Persib sama hal nya publik Buenos Aires Argentina terhadap tim Boca Juniors, di hampir seluruh sudut kota ini selalu saja ditemukan hal-hal yang berhubungan dengan Persib seperti rumah yang dicat biru warna kebangsaan tim bahkan digambari Maung sebagai sebuah tanda penegas. Bahkan lanjut Jimenez di Bandung pun banyak sekali nama orang yang ada keterhubungannya dengan tim ini, salah satunya panglima Viking Persib Club Ayi Beutik memberi nama Persib kepada kedua anaknya. Anak Pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki diberi nama Jayalah Persibku dan Anak kedua yang berjenis kelamin wanita pun diberi nama Usab Perning. Nama tersebut diambil dari bahasa “slank” yang populer di Bandung pada tahun 70an, yang artinya Persib.

Bandung dan Persib saat ini memang dua nama yang tidak bisa dipisahkan. Tak bisa disangkal pula secara tidak langsung pun saat ini Persib sudah menjadi sebuah ikon Kota Bandung, bahkan Jawa Barat. Namun sangat disayangkan fanatisme bobotoh yang sangat berlebihan tersebut terkadang menimbulkan anarki dan berakhir chaos. Biasanya hal itu terjadi ketika tim Persib gagal meraih kemenangan dalam laga kandang nya. Gara-gara ulah tidak terpuji dari sebagian oknum bobotoh ini yang terkena getah nya tentu saja tim Persib sendiri. Dalam setiap musim Persib selalu saja harus menjalani pertandingan hukuman tanpa penonton dan sejumlah denda tentunya. Bahkan yang paling gres, di awal musim kompetisi tahun ini ketika Persib dikalahkan tim Ibukota Persija di Siliwangi, terjadi kerusuhan yang cukup luar biasa yang berdampak pada hukuman BLI terhadap Persib untuk bertanding tanpa dapat disaksikan bobotoh secara langsung dalam beberapa pertandingan. Bahkan hukuman pun berlanjut dimana bobotoh seperti seorang pesakitan yang tidak dapat menggunakan kostum kebanggan mereka ketika menonoton Persib secara langsung baik itu ketika partai home maupun away selama kompetisi tahun ini berlangsung.

Kembali pada masalah fanatisme, nama Persib pun sepertinya membawa berkah dan rezeki terhadap orang-orang yang begitu total terhadap tim ini. Contoh halnya dalam beberapa tahun ini banyak sekali tabloid dan majalah bermunculan yang khusus untuk mengupas Persib seperti Nu Aing Magazine, Bobotoh, Persib Plus, Maung Bandung, Persib Magazine, Make Manah Magazine. Bahkan yang lebih gila lagi oplah surat kabar lokal terbitan Bandung, satu hari sebelum dan satu hari sesudah Persib bertanding selalu naik dua kali lipat. Itu baru dari sektor media cetak saja belum dari sektor-sektor lainnya seperti TV lokal, Cafe/Resto, Radio, Clothing/Distro, bahkan Recording.

Virus Persib di Bandung dan jawa barat memang benar-benar tak terbendung. So, kalau dulu ada ungkapan Bandung lautan api bolehkan sekarang bertambah satu menjadi Bandung lautan biru.

Hallo.. Hallo.. Bandung
Ibukota Periangan
Hallo.. Hallo.. Bandung
Kota Kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan Biru
Mari bung rebut kembali
(dinyanyikan seperti lagu 'Hallo-hallo Bandung ciptaan Ismail Marzuki)

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib