| Dwi Anugrah Mugia Utama | Bobotoh | Mountaineering | Vegetarian | Working Class | Partikel Bebas |

Tuesday, November 9, 2010

Respect and Unity Sebuah Harga Mati



Lagi-lagi para punggawa PERSIB Bandung harus menelan pil pahit untuk kesekian kalinya di awal musim ini setelah di pertandingan terakhir dihantam tuan rumah PSPS Pekanbaru 1-0. Mengawali musim kompetisi ISL 2010/2011 dengan hasil yang sangat mengecewakan bagi semua elemen tim ini baik itu jajaran konsorsium, management, pelatih, pemain, maupun kita semua para Bobotoh. 6 pertandingan hanya mendapatkan 4 poin hasil dari 1 kali kemenangan 1 kali seri dan 4 kekalahan dan bercokol hanya satu peringkat diatas zona degradasi merupakan sebuah hasil yang sangat memprihatinkan bagi tim sekelas PERSIB Bandung.
Sebenarnya apa yang kurang dari tim PERSIB musim ini, dilihat dari segi financial tim sangat begitu menjanjikan ,disaat tim lain peserta ISL musim ini mengemis-ngemis pada pemerintahan daerah untuk mencairkan dana hibah nya demi tim nya bisa mengikuti jalannya kompetisi. Justru tim PERSIB dengan gagah nya diserbu para sponsor yang tertarik men sponsori tim ini. Dari segi pemain pun tim PERSIB Bandung merupakan salah satu tim yang sangat menjanjikan, 5 pemain berlabel timnas Indonesia, 2 pemain berlabel timnas Singapura, 4 pemain Asing yang notabenya bisa dikatakan yang terbaik di negeri ini dan beberapa talenta muda yang insya Allah mempunyai prospek cerah untuk kedepan nya, merupakan jaminan mutu kualitas tim ini. Untuk sektor pelatih pun bisa dikatakan cukup menjanjikan karena coach Jovo memilki segudang pengalaman dalam menangani sebuah tim sepakbola. Belum lagi ditambah dukungan publik Jawa Barat yang begitu hebat nya pada tim ini, kala PERSIB melakoni partai kandang, hampir nyaris tidak ada tempat kosong sedikitpun dari sektor tribun penonton. Belum lagi dari penonton yang menyaksikan laga PERSIB dari layar kaca, menurut informasi yang pernah saya dengar, PERSIB merupakan salah satu jagoan ANTV dalam hal ratting penonton di layar kaca, itulah alasan konkret mengapa jika PERSIB berlaga baik itu partai kandang maupun tandang selalu disiarkan live pihak ANTV (terkecuali jika melakoni tour Papua biasanya). Lalu sebenarnya apa yang kurang jika dilihat dari faktor tersebut diatas.

Mungkin ini hanya pandangan saya pribadi, dan maaf tidak ada maksud sedikitpun untuk mencari kambing hitam untuk sebuah keterpurukan ini.

Tidak ada kejelasan bagian kerja antara Konsorsium dan Management, hal ini menurut saya yang menjadi dasar keterpurukan tim PERSIB musim ini. Seperti yang kita ketahui bersama diawal sebelum bergulir nya kompetisi pihak konsorsium menunjuk coach Darko-Daniel Janakovic untuk mengarsiteki tim ini. Tapi dilain pihak ternyata management tidak setuju dengan penunjukan coach Darko dan telah memilki pihan nya tersendiri, tentu hal ini sangat jelas menciptakan kondisi yang sangat tidak kondusif di tubuh tim. Disinilah sebenarnya yang harus dirubah dan diperbaiki, sebenarnya yang berhak menentukan seorang pelatih di tim ini apakah pihak management atau pihak konsorsium? Ini harus jelas 100% jika memang diperlukan perjanjian dilakukan diatas materai, agar semuanya clear dan tidak ada klaim mengklaim, intervensi, atau sejuta kata dengan satu makna yang lain nya.
Manager dan Pelatih, sebenarnya ini masalah klasik yang dialami hampir seluruh tim semi-profesional. Sebenarnya siapakah yang lebih berhak merekrut dan mencari pemain untuk bermain di tim nya? Bukankah mulai kompetisi tahun lalu PERSIB sudah mengklaim diri yang asalnya tim semi-profesional berubah menjadi klub professional yang sudah tidak sama sekali menyusui dana hibah dari pihak Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar. Jadi sudah saat nya pula PERSIB merubah kebiasaan klub-klub amatir eks Perserikatan yang mempunyai “dua pemimpin dalam satu tim”. PERSIB sudah saatnya melebur posisi Manager dan Pelatih dalam satu kepala layaknya tim professional lain nya di muka bumi ini. Karena posisi ini layaknya seorang pemimpin perusahan, jika perusahaan mengalami kerugian atau kolaps maka pihak pemimpin perusahaan lah yang harus mempertanggung jawab kan nya pada pemilik perusahaan, begitu pula dalam klub sepakbola jika klub mengalami keterpurukan maka pihak pelatih/manager lah yang pihak pertama yang harus bertanggung jawab pada pemilik klub dalam hal ini adalah konsorsium. Contoh nya klub Manchester United, tim ini menunjuk seorang Sir.Alex Fergusons untuk menakodai tim ini sebagai pelatih merangkap Manager, sedangkan kepengurusan Manchester United dijabat chairman bersama Joel dan Avram Glazer. Posisi Chief Executive dipegang Bryan Glazer, Darcie Glazer, Edward Glazer dan Kevin Glazer. Sedangkan posisi Chief Operating Officer sendiri dipegang David Gill dan Michael Bolingbroke. Di sinilah jelasnya posisi jabatan dalam klub-klub professional dunia, sehingga tidak akan mungkin munculnya intervensi tugas dari sub yang satu dengan sub yang lainnya. Jika diibaratkan posisi Chairman tersebut merupakan pemilik utama dari tim tersebut atau dengan kata lain pemilik saham terbesar klub tersebut. Jika kondisi ini di tubuh PERSIB maka posisi ini milik konsorsium yang menginvestasikan dana yang paling besar pada tim PERSIB. Sedangkan posisi Chief Executive sendiri jika kondisi nya di tubuh tim PERSIB merupakan para konsorsium, orang-orang yang memiliki saham secara keseluruhan. Dan untuk posisi Chief Operating Officer sendiri merupakan posisi nya management, hal ini yang mengatur tim untuk membantu pelatih/management dan juga mengurusi hal tetek bengek persoalan tim lain nya seperti urusan menego dengan tim lain dan urusan transfer pemain, tetapi sangat jelas aturan nya jika pemain tersebut merupakan pemain yang diinginkan sang pelatih sesuai selera dan keinginan beliau tanpa ada intervensi dari pihak chief operating officer tersebut. Saya hanya ingin sedikit menggambarkan posisi PERSIB di awal musim ini, ketika pihak konsorsium meminang coach Darko untuk mengarsiteki tim ini. Pada awal nya coach yang Darko masih buta dengan kondisi persepakbolaan negeri ini melakukan beberapap kali uji coba terhadap beberapa pemain baik itu para legiun asing maupun lokal yang ingin berkostum PERSIB. Hal itu sangat diwajarkan karena selain masih buta dengan pemain-pemain yg berkeliaran di Liga Indonesia selain itu pun agar pembelian pemain tidak seperti membeli kucing dalam karung dan pemain tersebut karakteristiknya sesuai yang beliau ingin kan, untuk mengimplementasikan gaya permainan dan strategi yang diterapkan di lapangan. Dilain pihak Management pun mengajukan beberapa pemain yang ingin direkrut klub seperti Zah Rahan, Herman Abanda, dll. Ternyata diluar dugaan pemain tersebut tidak begitu sreg di hati sang pelatih kepala saat itu. Mungkin bagi saya pribadi hal ini bukan lah sebuah masalah karena seorang pelatih memang mempunyai wewenang penuh dalam hal perekrutan pemain. Pemain yang direkrut memang harus benar-benar yang sesuai dengan karakteristik keinginan seorang pelatih. Sedangkan beberapa pemain yang diinginkan pelatih justru ditentang management. Sebenarnya disinilah masalahnya, seperti yang saya kutip sebelum nya apakah seorang pelatih atau manager yang berhak menentukan masuk tidak nya pemain yang bersangkutan. Jika saja posisi pelatih dan manajer dalam satu kepala mungkin polemik ini tidak akan pernah terjadi sama sekali. Kembali pada saat penyeleksian pemain tersebut, ternyata para pemain pilihan pelatih lah yang berhasil bergabung dengan tim ini seperti Baihaki Kaizan, Isnan Ali, Rahmat Affandi, Pablo Frances, dan yang lain nya. Dilain pihak para pemain pilihan Management secara tidak langsung ditolak, maka makin meruncing lah permasalahan perpecahan ini. Setelah coach Darko dilengserkan pasca kekalahan pada pertandingan pre seasons di Palembang. Pemain-pemain bersangkutan yang notabene nya merupakan pilihan pelatih sudah tanggung dikontrak, maka mau tidak mau pemain yang bersangkutan pun harus membela panji-panji tim ini selama musim kompetisi ISL tahun ini. Tetapi apa yang saya pribadi takut kan ternyata terjadi juga, pemain-pemain bersangkutan yang notabene nya merupakan pilihan coach Darko, ternyata tidak mampu dimaksimalkan oleh pelatih pengganti nya yakni coach Jovo. Ya, seperti yang saya telah sebutkan sebelumnya, karena pemilihan pemain memang tergantung selera sang pelatih. Apa mau dikata hasil nya dapat kita lihat dan rasakan dalam 6 pertandingan awal musim ini. Jujur, sangat memalukan bagi tim sekelas PERSIB, tim yang selalu mencanangkan target juara setiap musim baru akan di gelar. Maka dari itu, jika memang PERSIB saat ini merupakan sebuah tim profesional sudah saat nya meninggalkan kebudayaan-kebudayaan kolot khas tim Perserikatan, jika tidak apa beda nya dengan tim-tim yang masih menyusui dana hibah APBD.

Jujur kami sudah jenuh melihat konflik internal yang tiada guna dan tidak berujung seperti ini. Sudah saat nya semua elemen di tim ini bersatu baik itu konsorsium, management, pelatih, pemain dan juga kita semua para bobotoh. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa mewujudkan mimpi kita menjadi Juara. Wujudkan mimpi kami… mimpi semua bobotoh… mimpi seluruh warga Jawa Barat… Respect and unity sebuah harga mati. Jayalah PERSIB ku!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib