| Dwi Anugrah Mugia Utama | Bobotoh | Mountaineering | Vegetarian | Working Class | Partikel Bebas |

Wednesday, December 1, 2010

Harapan dalam Tubuh Naturalisasi

Bahagia, senang, gembira, bangga, terharu, mungkin itulah beberapa kata yang bisa menggambarkan perasaan seluruh masyarakat Indonesia malam tadi, tidak peduli itu seorang fans setia Timnas Garuda atau seseorang yang selalu mempertanyakan arti Nasionalisme seumur hidup nya. Namun satu yang pasti, penampilan Firman Utina dkk malam itu memang sangat luar biasa. Malaysia yang turun dengan skuad terbaiknya dibantai tanpa ampun dengan score yang cukup fantastis 5-1. Setidaknya hasil yang diraih malam tadi seakan menjadi sebuah pembuktian bagi Negeri tetangga yang dalam beberapa tahun terakhir selalu saja berselisih faham dengan Negara kita, mulai dari sengketa sebuah Pulau terluar sampai pelanggaran hak cipta (meskipun sebenarnya di dalam Islam sih dilarang keras untuk dendam hehe).

Dalam pertandingan melawan Malaysia tersebut timnas Garuda diperkuat pemain ‘baru’ dengan wajah lama hasil naturalisasi PSSI yakni punggawa PERSIB Bandung Christian Gonzales dan striker PERSEMA Malang Irfan Bachdim. Bahkan tanpa disangka ke dua bomber baru ini pun langsung mencetak goal di event resmi perdananya memakai seragam Merah Putih.

Seluruh penikmat sepakbola tanah air pasti mengenal siapa sosok seorang Christian GĂ©rard Alvaro Gonzales, maklum saja beliau merupakan striker terproduktif yang pernah dilahirkan Liga Indonesia. Sejak tahun 2003 ketika mendarat di Indonesia untuk pertama kali dan memutuskan untuk membela panji PSM Makasar, Gonzales sudah berhasil menyabet gelar top score Liga Indonesia 4 kali, top score Piala Indonesia 1 kali dan berhasil membawa tim PERSIK Kediri menjadi kampiun di Liga Indonesia tahun 2006. Dan yang membanggakan sebenarnya Christian Gonzales ingin memperkuat Timnas Garuda sejak beliau mengucap 2 kalimat syahadat menjadi seorang mualaf dan menikahi istri nya Eva Siregar yang notabene nya merupakan orang Indonesia asli. Namun entah mengapa pengajuan naturalisasi ini baru dikabulkan PSSI ketika usia Gonzales sudah menginjak 34 tahun. Tapi seperti pepatah bilang “Lebih baik terlamat daripada tidak sama sekali”, toh seorang Gonzales pun saat ini masih menjadi salah satu striker terbaik di Liga Indonesia dan masih memiliki naluri sebagai predator di kotak penalty lawan, meskipun kecepatan dan stamina nya tidak sebaik 4 atau 6 tahun kebelakang. Tapi satu yang pasti Christian Gonzales sangat mencintai Negara baru nya ini.

Nama ke dua yakni Irfan Bachdim, mungkin nama Bachdim tidak se famous Gonzales dalam dunia persepakbolaan Indonesia, maklum saja tahun ini merupakan tahun pertama Bachdim merasakan atmosfir panas nya Liga Indonesia. Meskipun musim kemarin sebenarnya Bachdim sempat melamar pada PERSIB Bandung dan PERSIJA Jakarta, namun ke dua tim ini menolak Bachdim dengan alasan yang sama, yakni Bachdim terlalu stylist untuk permainan sekeras Liga Indonesia. Di awal musim ini bersama PERSEMA Malang, Bachdim berhasil mencuri perhatian publik sepakbola Indonesia. Betapa tidak dalam beberapa pertandingan, Bachdim selalu membuktikan dengan goal-goal indah nya ke gawang lawan bersama PERSEMA Malang. Hal ini pun mendapatkan respon positif dari pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl yang langsung memberikan tempat Bachdim untuk membela panji merah putih. Keberuntungan pun nampak tidak menjauh dari Bachdim, dalam pertandingan melawan Malaysia tadi malam Bachdim diberikan kepercayaan penuh oleh Alferd Riedl untuk menjadi starter dan tandem Christian Gonzales. Bahkan duet naturalisai ini pun secara tidak langsung berhasil melengserkan satu posisi abadi yang dimiliki striker PERSIJA Jakarta Bambang Pamungkas di lini depan Timnas Garuda. Layaknya cerita-cerita dongeng, di malam pertama nya bersama Timnas Indonesia Bachdim tampil sangat luar biasa, Bachdim berhasil menjaringkan 1 goal dan satu penyebab bek Malaysia M Asraruddin Putra melakukan goal bunuh diri. Bachdim pun berhasil medapatkan gelar Man Of The Match pada pertandingan tersebut, mengalahkan para pencetak goal lain nya seperti Christian Gonzales, M.Ridwan dan Arif Suyono. Ternyata respon yang di dapat Bachdim dari masyarakat luas terhadap performa nya dilapangan, saya yakin mungkin sangat diluar ekspetasi. Bagaimana tidak malam tersebut seolah menjadi malam nya Bachdim, di situs jejaring sosial Twitter, Bachdim berhasil menjadi Worldwide Trending Topic no 2 setelah World AIDS selama satu malam penuh, bahkan ketika saya menulis ini di pagi hari pun Bachdim masih menjadi perbincangan no satu para pengguna Twitter di Indonesia. Seolah menjadi selebriti dadakan, acount twitter Bachdim pun di buru khalayak ramai pengguna jejaring sosial. Sebelum pertandingan melawan Malaysia berlangsung account pribadi milik Bachdim ini hanya memiliki sekitar 4000 followers, tetapi sampai pagi ini ketika saya melihat kembali ternyata sudah memiliki 29110 followers. Wow….. Dan yang lebih lucu ketua partai Demokrat Anas Urbaningrum pun ikut-ikutan berkomentar mengenai Bachdim di account miliknya. “Irfan Bachdim berpotensi menjadi bintang baru Timnas. Asalkan tidak cepat puas dan tidak berbelok menjadi pemain sinetron, hehe. Bachdim, lanjut gan!” seloroh nya, yang tentu mendapat respon luar biasa dari masyarakat dunia maia. Tetapi dibalik superior nya seorang Irfan Bachdim malam itu sebenarnya ada sesuatu hal yang sangat mengganjal dalam hati saya. Dalam wawancara dengan para wartawan yang dilakukan sesaat setelah pertandingan, terlihat Bachdim melakukan wawancara menggunakan bahasa Inggris. Berbeda dengan Gonzales yang melakukan wawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia meskipun dengan aksen khas orang luar. Bahkan jika di lihat dalam account twitter nya Bachdim selalu menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan khalayak luas, tanpa sisipan bahasa Indonesia sedikitpun. Mungkinkan seorang Irfan Bachdim belum bisa berbahasa Indonesia? Entah lah mungkin hanya beliau dan Tuhan yang tau. Jujur, sebenarnya saya sih saya kecewa berat. Memang seorang Irfan Bachdim belum cukup lama tinggal dan belajar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tetapi ketika Bachdim sudah memiliki KTP dan Pasport Indonesia dan menggunakan jersey berlambang Garuda di dada nya, adalah sebuah pertanyaan besar bagi saya. Bukankah dalam Sumpah Pemuda point ke tiga pun mengatakan ”Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Berbeda konteks bila dibandingkan dengan yang dilakukan pelatih Alferd Riedl, meskipun beliau saat ini mengarsiteki Timnas Garuda tetapi beliau tidak pernah mengucapkan sumpah dan mendeklarasikan diri menjadi bagian NKRI dan itu murni sebagai seorang pekerja profesional. Mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi PSSI dan pemain-pemain berwajah Indo lain nya yang saat ini mungkin terobsesi dengan keberhasilan seorang Irfan Bachdim. Ketika mengucapkan janji setia pada Negara baru nya, setidak nya pula bisa dan faham meskipun hanya sedikit.

Hari minggu ini pasukan Garuda akan kembali berlaga dalam ajang AFF Suzuki Cup 2010 berikutnya melawan Laos, yang di pertandingan perdana nya di luar dugaan berhasil menahan imbang salah satu tim unggulan Thailand 2-2. Tentu masyarakat pecinta sepakbola tanah air pun akan kembali berharap lebih pada ketajaman 2 pemain naturalisai ini, karena bagaimana pun Christian Gonzales dan Irfan Bachdim saat ini sudah menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selamat berjuang Indonesia ku! Berjuanglah sampai titik keringat terakhir di lapangan! Kami selalu merindukan prestasi yang terlahir, bukan sekedar cacian dan makian yang terlalu sering masyarakat dengungkan! Rebut supremasi raja sepakbola di kawasan Asia Tenggara untuk pertama kalinya. Ini kandang kita! B.E.L.I.E.V.E.!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Tuesday, November 9, 2010

Respect and Unity Sebuah Harga Mati



Lagi-lagi para punggawa PERSIB Bandung harus menelan pil pahit untuk kesekian kalinya di awal musim ini setelah di pertandingan terakhir dihantam tuan rumah PSPS Pekanbaru 1-0. Mengawali musim kompetisi ISL 2010/2011 dengan hasil yang sangat mengecewakan bagi semua elemen tim ini baik itu jajaran konsorsium, management, pelatih, pemain, maupun kita semua para Bobotoh. 6 pertandingan hanya mendapatkan 4 poin hasil dari 1 kali kemenangan 1 kali seri dan 4 kekalahan dan bercokol hanya satu peringkat diatas zona degradasi merupakan sebuah hasil yang sangat memprihatinkan bagi tim sekelas PERSIB Bandung.
Sebenarnya apa yang kurang dari tim PERSIB musim ini, dilihat dari segi financial tim sangat begitu menjanjikan ,disaat tim lain peserta ISL musim ini mengemis-ngemis pada pemerintahan daerah untuk mencairkan dana hibah nya demi tim nya bisa mengikuti jalannya kompetisi. Justru tim PERSIB dengan gagah nya diserbu para sponsor yang tertarik men sponsori tim ini. Dari segi pemain pun tim PERSIB Bandung merupakan salah satu tim yang sangat menjanjikan, 5 pemain berlabel timnas Indonesia, 2 pemain berlabel timnas Singapura, 4 pemain Asing yang notabenya bisa dikatakan yang terbaik di negeri ini dan beberapa talenta muda yang insya Allah mempunyai prospek cerah untuk kedepan nya, merupakan jaminan mutu kualitas tim ini. Untuk sektor pelatih pun bisa dikatakan cukup menjanjikan karena coach Jovo memilki segudang pengalaman dalam menangani sebuah tim sepakbola. Belum lagi ditambah dukungan publik Jawa Barat yang begitu hebat nya pada tim ini, kala PERSIB melakoni partai kandang, hampir nyaris tidak ada tempat kosong sedikitpun dari sektor tribun penonton. Belum lagi dari penonton yang menyaksikan laga PERSIB dari layar kaca, menurut informasi yang pernah saya dengar, PERSIB merupakan salah satu jagoan ANTV dalam hal ratting penonton di layar kaca, itulah alasan konkret mengapa jika PERSIB berlaga baik itu partai kandang maupun tandang selalu disiarkan live pihak ANTV (terkecuali jika melakoni tour Papua biasanya). Lalu sebenarnya apa yang kurang jika dilihat dari faktor tersebut diatas.

Mungkin ini hanya pandangan saya pribadi, dan maaf tidak ada maksud sedikitpun untuk mencari kambing hitam untuk sebuah keterpurukan ini.

Tidak ada kejelasan bagian kerja antara Konsorsium dan Management, hal ini menurut saya yang menjadi dasar keterpurukan tim PERSIB musim ini. Seperti yang kita ketahui bersama diawal sebelum bergulir nya kompetisi pihak konsorsium menunjuk coach Darko-Daniel Janakovic untuk mengarsiteki tim ini. Tapi dilain pihak ternyata management tidak setuju dengan penunjukan coach Darko dan telah memilki pihan nya tersendiri, tentu hal ini sangat jelas menciptakan kondisi yang sangat tidak kondusif di tubuh tim. Disinilah sebenarnya yang harus dirubah dan diperbaiki, sebenarnya yang berhak menentukan seorang pelatih di tim ini apakah pihak management atau pihak konsorsium? Ini harus jelas 100% jika memang diperlukan perjanjian dilakukan diatas materai, agar semuanya clear dan tidak ada klaim mengklaim, intervensi, atau sejuta kata dengan satu makna yang lain nya.
Manager dan Pelatih, sebenarnya ini masalah klasik yang dialami hampir seluruh tim semi-profesional. Sebenarnya siapakah yang lebih berhak merekrut dan mencari pemain untuk bermain di tim nya? Bukankah mulai kompetisi tahun lalu PERSIB sudah mengklaim diri yang asalnya tim semi-profesional berubah menjadi klub professional yang sudah tidak sama sekali menyusui dana hibah dari pihak Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar. Jadi sudah saat nya pula PERSIB merubah kebiasaan klub-klub amatir eks Perserikatan yang mempunyai “dua pemimpin dalam satu tim”. PERSIB sudah saatnya melebur posisi Manager dan Pelatih dalam satu kepala layaknya tim professional lain nya di muka bumi ini. Karena posisi ini layaknya seorang pemimpin perusahan, jika perusahaan mengalami kerugian atau kolaps maka pihak pemimpin perusahaan lah yang harus mempertanggung jawab kan nya pada pemilik perusahaan, begitu pula dalam klub sepakbola jika klub mengalami keterpurukan maka pihak pelatih/manager lah yang pihak pertama yang harus bertanggung jawab pada pemilik klub dalam hal ini adalah konsorsium. Contoh nya klub Manchester United, tim ini menunjuk seorang Sir.Alex Fergusons untuk menakodai tim ini sebagai pelatih merangkap Manager, sedangkan kepengurusan Manchester United dijabat chairman bersama Joel dan Avram Glazer. Posisi Chief Executive dipegang Bryan Glazer, Darcie Glazer, Edward Glazer dan Kevin Glazer. Sedangkan posisi Chief Operating Officer sendiri dipegang David Gill dan Michael Bolingbroke. Di sinilah jelasnya posisi jabatan dalam klub-klub professional dunia, sehingga tidak akan mungkin munculnya intervensi tugas dari sub yang satu dengan sub yang lainnya. Jika diibaratkan posisi Chairman tersebut merupakan pemilik utama dari tim tersebut atau dengan kata lain pemilik saham terbesar klub tersebut. Jika kondisi ini di tubuh PERSIB maka posisi ini milik konsorsium yang menginvestasikan dana yang paling besar pada tim PERSIB. Sedangkan posisi Chief Executive sendiri jika kondisi nya di tubuh tim PERSIB merupakan para konsorsium, orang-orang yang memiliki saham secara keseluruhan. Dan untuk posisi Chief Operating Officer sendiri merupakan posisi nya management, hal ini yang mengatur tim untuk membantu pelatih/management dan juga mengurusi hal tetek bengek persoalan tim lain nya seperti urusan menego dengan tim lain dan urusan transfer pemain, tetapi sangat jelas aturan nya jika pemain tersebut merupakan pemain yang diinginkan sang pelatih sesuai selera dan keinginan beliau tanpa ada intervensi dari pihak chief operating officer tersebut. Saya hanya ingin sedikit menggambarkan posisi PERSIB di awal musim ini, ketika pihak konsorsium meminang coach Darko untuk mengarsiteki tim ini. Pada awal nya coach yang Darko masih buta dengan kondisi persepakbolaan negeri ini melakukan beberapap kali uji coba terhadap beberapa pemain baik itu para legiun asing maupun lokal yang ingin berkostum PERSIB. Hal itu sangat diwajarkan karena selain masih buta dengan pemain-pemain yg berkeliaran di Liga Indonesia selain itu pun agar pembelian pemain tidak seperti membeli kucing dalam karung dan pemain tersebut karakteristiknya sesuai yang beliau ingin kan, untuk mengimplementasikan gaya permainan dan strategi yang diterapkan di lapangan. Dilain pihak Management pun mengajukan beberapa pemain yang ingin direkrut klub seperti Zah Rahan, Herman Abanda, dll. Ternyata diluar dugaan pemain tersebut tidak begitu sreg di hati sang pelatih kepala saat itu. Mungkin bagi saya pribadi hal ini bukan lah sebuah masalah karena seorang pelatih memang mempunyai wewenang penuh dalam hal perekrutan pemain. Pemain yang direkrut memang harus benar-benar yang sesuai dengan karakteristik keinginan seorang pelatih. Sedangkan beberapa pemain yang diinginkan pelatih justru ditentang management. Sebenarnya disinilah masalahnya, seperti yang saya kutip sebelum nya apakah seorang pelatih atau manager yang berhak menentukan masuk tidak nya pemain yang bersangkutan. Jika saja posisi pelatih dan manajer dalam satu kepala mungkin polemik ini tidak akan pernah terjadi sama sekali. Kembali pada saat penyeleksian pemain tersebut, ternyata para pemain pilihan pelatih lah yang berhasil bergabung dengan tim ini seperti Baihaki Kaizan, Isnan Ali, Rahmat Affandi, Pablo Frances, dan yang lain nya. Dilain pihak para pemain pilihan Management secara tidak langsung ditolak, maka makin meruncing lah permasalahan perpecahan ini. Setelah coach Darko dilengserkan pasca kekalahan pada pertandingan pre seasons di Palembang. Pemain-pemain bersangkutan yang notabene nya merupakan pilihan pelatih sudah tanggung dikontrak, maka mau tidak mau pemain yang bersangkutan pun harus membela panji-panji tim ini selama musim kompetisi ISL tahun ini. Tetapi apa yang saya pribadi takut kan ternyata terjadi juga, pemain-pemain bersangkutan yang notabene nya merupakan pilihan coach Darko, ternyata tidak mampu dimaksimalkan oleh pelatih pengganti nya yakni coach Jovo. Ya, seperti yang saya telah sebutkan sebelumnya, karena pemilihan pemain memang tergantung selera sang pelatih. Apa mau dikata hasil nya dapat kita lihat dan rasakan dalam 6 pertandingan awal musim ini. Jujur, sangat memalukan bagi tim sekelas PERSIB, tim yang selalu mencanangkan target juara setiap musim baru akan di gelar. Maka dari itu, jika memang PERSIB saat ini merupakan sebuah tim profesional sudah saat nya meninggalkan kebudayaan-kebudayaan kolot khas tim Perserikatan, jika tidak apa beda nya dengan tim-tim yang masih menyusui dana hibah APBD.

Jujur kami sudah jenuh melihat konflik internal yang tiada guna dan tidak berujung seperti ini. Sudah saat nya semua elemen di tim ini bersatu baik itu konsorsium, management, pelatih, pemain dan juga kita semua para bobotoh. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa mewujudkan mimpi kita menjadi Juara. Wujudkan mimpi kami… mimpi semua bobotoh… mimpi seluruh warga Jawa Barat… Respect and unity sebuah harga mati. Jayalah PERSIB ku!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Saturday, October 30, 2010

PERSIB Bandung VS PERSIJA Jakarta; Rivalitas klub atau fansclub?


Sabtu 30 Oktober 2010 kemarin kembali hadir pertandingan yang digadang-gadang seluruh publik sepakbola Negeri ini sebagai pertandingan terpanas antara PERSIB Bandung vs PERSIJA Jakarta. Bahkan pertandingan PERSIB-PERSIJA ini secara ratting TV bisa menyaingi bahkan mengalahkan pertandingan sekelas Manchester United - Liverpool atau Barcelona - Real Madrid di TV swasta Republik ini. Tapi kali ini saya tidak akan mencoba membahas jalannya pertandingan tersebut, karena seperti yang kita ketahui bersama hasil nya sangat memuakan bagi kita para bobotoh.
Semua penikmat sepakbola negeri ini tentu sudah mengetahui rivalitas 2 tim terbesar negeri ini, antara PERSIB Bandung dan PERSIJA Jakarta. Bahkan rivalitas ini pun sudah hal yang lumrah yang diketahui oleh hampir seluruh masyarakat negeri ini, bahkan oleh masyarakat yang tidak interest terhadap persepakbolaan dalam negeri sekali pun. Rivalitas kedua tim ini sudah seperti layaknya rivalitas klub-klub dunia yang memang mempunyai culture dan sejarah rivalitas yang panjang seperti Boca Juniors-River Plate, Ajax Amsterdam-Feyenord, Manchester United-Liverpool, atau bahkan Barcelona-Real Madrid. Tapi apakah memang rivalitas ini layak disebut sebagai partai sepakbola terpanas dinegeri ini? dan kedua tim ini mempunyai culture rivalitas yang sudah mendarah daging dan turun menurun? dan layak dikatakan sebagai rivalitas terbesar di negeri ini?
Sedikit menilik kebelakang tentang sajarah kedua tim ini, sebenarnya PERSIB dan PERSIJA tidak memiliki sejarah rivalitas yang cukup panjang. Bahkan jika berbincang-bincang dengan beberapa bobotoh kolot yang sudah mendukung PERSIB dalam beberapa generasi, beliau semua hampir sepakat sebenarnya sejak jaman perserikatan dahulu PERSIB lebih memiliki rivalitas dengan tim-tim besar lainnya seperti PSMS Medan, PSM Makasar atau PERSEBAYA Surabaya. Lalu sebenarnya sejak kapan rivalitas kedua tim ini bermula? Karena seperti yang kita ketahui bersama PERSIJA merupakan tim yang bisa dikatakan baru dalam panas nya Liga Indonesia, meskipun dilihat dari segi usia PERSIJA jelas lebih tua dan lebih dahulu berdiri dibandingkan dengan tim PERSIB sendiri. PERSIJA resmi lahir dan berdiri di tahun 1928 sedangkan PERSIB sendiri resmi berdiri 5 tahun kemudian di tahun 1933. PERSIJA sendiri sama hal nya seperti PERSIB, dua tim yang diawal pembentukannya selain sebagai tim sepakbola merupakan salah satu alat perjuangan rakyat Indonesia dimasa penjajahan bangsa luar.
Seperti yang diakui oleh mantan ketua The Jakmania (fansclub tim PERSIJA) Ferry Indrasyarif yang kini menjabat sebagai assisten manager tim PERSIJA, dalam beberapa artikel yang dia buat sendiri maupun dari obrolan-obrolan yang terdapat di film trilogi The Jak yang dibuat oleh Bogalakon Pictures. Bahwa PERSIJA sejak dahulu memang kurang mendapatkan perhatian dan dukungan publik Jakarta sendiri, bahkan ketika kondisi tim ini sedang hebat-hebatnya di dekade ‘60 dan ’70 an, seperti ketika mereka menjuarai liga Perserikatan dimusim 1964, 1971 dan 1978. Karena di musim 1978/1979 ini lah musim terakhir dimana PERSIJA merasakan menjadi juara pada liga Perserikatan yang resmi ditutup musim 1993/1994. Namun kondisi ini berubah 180 derajat ketika fansclub Jakmania hadir dipertengahan taun 1997, lambat laun masyarakat asli Jakarta maupun pendatang yang membanjiri Ibukota mulai mendukung tim Macan Kemayoran ini, apalagi dengan hadirnya piala Presiden di Ibukota yang sudah absen selama hampir 2 dekade terakhir, yakni pada Liga Indonesia VII tahun 2001, bertambah besar lah dukungan publik Jakarta terhadap PERSIJA. Berbeda 180 derajat dengan tim PERSIB sendiri dari literature dan data yang saya dapatkan, sejak jaman baheula sampai saat ini memang publik Bandung selalu mensupport dan mendukung PERSIB, karena memang pada liga Perserikatan PERSIB merupakan salah satu tim besar yang cukup dikatakan sering merasakan gelar juara selain PERSIS Solo, PSM Ujungpandang (sebelum berubah menjadi PSM Makasar), PERSEBAYA Surabaya dan PSMS Medan.
Lalu sejak kapan rivalitas PERSIB dan PERSIJA ini bermula? Karena bila berkata sejarah, seperti yang telah disebutkan diatas justru kedua tim PERSIB dan PERSIJA tidak mempunyai rivalitas yang kuat dan cukup panjang? Jika sedikit beranalisis PERSIB dan PERSIJA sebenarnya hanya salah satu katalisator permusuhan kedua kota tim ini berasal Bandung dan Jakarta. Secara historis Bandung adalah bakal ibukota Negara ini di masa kolonial Belanda. Berbagai kantor pusat pemerintahan Negara seperti Kereta Api, atau Pos dan Telekomunikasi pun berada di kota Bandung.Namun, perkembangan politiklah yang menunjuk Jakarta sebagai ibukota Negara sampai detik ini. Sejak jaman dahulu Bandung dikenal selalu membuat segala sesuatu yang berbeda dengan kota-kota lainnya di Indonesia, sebaliknya Jakarta pun sebagai ibukota Negara menolak bahwa jika di beberapa hal kota Bandung memang lebih baik. Baik itu hal musik, fashion, gaya hidup anak muda sampai tempat nongkrong. Mungkin jika diibaratkan rivalitas ini sama seperti Ajax Amsterdam dan Feyenoord Roterdam.
Hanya sedikit gambaran sebenarnya rivalitas klub sepakbola di Negara yang mempunyai culture sepakbola yang kuat merupakan hal yang sangat lumrah, masih banyak derby Negara yang biasanya sangat ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh penduduk Negara tersebut bahkan dunia. Berikut ini beberapa pertandingan sepakbola yang mempunyai rivalitas tinggi di beberapa negara di belahan dunia lainnya beserta latar belakang nya:
1. El Clasico: Boca Juniors – River Plate, latar belakang pembagian 2 kubu di kota Buenos Aires Argentina ini lebih pada pertentangan antara kelas bawah dan kelas menengah atas. Bahkan majalah The Observer terbitan Inggris tahun 2004 pernah menulis mengenai 50 tontonan olahraga yang harus disaksikan sebelum anda mati. El Clasico ini menempati urutan teratas.
2. De Klassieker: Ajax Amsterdam – Feyenoord Roterdam, kedua klub ini berasal dari dua kota utama di negeri Belanda. Feyenoord dari Rotterdam adalah kota pelabuhan utama di Belanda sedangkan Ajax dari Amsterdam adalah ibukota kerajaan Belanda. Sejak masa silam pelabuhan Rotterdam dikenal sebagai salah satu pusat jalur lalu lintas ekonomi Eropa, sebaliknya Amsterdam adalah singgasana para bangsawan yang mengatur Belanda secara ekonomi maupun politik.
3. Old Firm: Glasgow Rangers – Celtic, penyebab utama rivalitas ke dua tim ini adalah antara hal yang paling sentimental di dunia ini yakni agama, dimana penganut Protestan dan Katolik di Glasgow Skotlandia mendukung tim yang berbeda untuk menunjukan jati diri dan identitas mereka.
4. Della Capitale: As Roma – Lazio, politik merupakan akar dari rivalitas kedua tim ibukota Italia ini, dimana Aliran Kiri melawan Aliran Kanan atau kaum Buruh vs Kaum Mapan.
5. D’Italia: Juventus – Inter Milan, kedua klub meskipun berbeda kota dianggap mewakili 2 klub yang paling berprestasi terbaik di Serie A, kasus calciopoli yang menimpa Juventus beberapa musim kebelakang pun menjadi bumbu tersendiri bagi rivalitas ke dua klub ini.
6. El Classico: Barcelona – Real Madrid, sebagian besar penduduk Barcelona berasal dari bangsa Catalan dan Basque, dengan menggunakan bahasa daerah Catalan. Sampai saat ini bangsa Catalan ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol dan menganggap Spanyol sebagai penjajah mereka. Jika diibaratkan kondisi nya di Indonesia seperti GAM FC /RMS FC vs PERSIJA Jakarta.
7. Istambul derby: Fenerbache – Galatasaray, rivalitas dua klub utama di liga lokal Turki dan juga pertentangan kelas pekerja melawan kelas aristokrat.
8. Superclasico: Penarol – Nacional, pertandingan terpanas sepanjang masa di liga lokal Uruguay, penyebab rivalitas kedua klub ini cukup begitu kompleks dimana mencakup masalah para imigran melawan para nasionalis di Uruguay, selain itu pun hampir sama dengan rivalitas kebanyakan klub di dunia yakni rivalitas kaum proletar melawan kelas atas. Sedikit catatan pertandingan derby Penarol – Nacional ini merupakan derby tertua diluar Inggris.
9. Superclasico: Club America – Guadalajara, selain memperebutkan title klub terbaik sepanjang masa di Mexico, juga klub yang banyak membeli pemain asing melawan klub yang bermaterikan warga asli. Selain itu pun Superclasico ini mirip dengan PERSIB - PERSIJA dimana isu Ibukota dan Provinsi menjadi bumbu utamanya.
Selain beberapa pertandingan di atas masih banyak pertandingan lainnya yang secara rivalitas sangat kuat dan mempunyai sejarah yang sangat-sangat panjang. Lain waktu akan saya coba bahas lebih lanjut.
Kembali pada rivaitas PERSIB – PERSIJA, masih terlalu jauh jika membandingan rivalitas kedua klub ini dengan rivalitas klub-klub dunia diatas. Yang menjadi pertanyaan saya pribadi dari dahulu, apakah rivalitas ini adalah rivalitas klub atau hanya rivalitas fansclub? Jika berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan justru rivalitas ini lahir dan bermula sejak pecah nya permusuhan antara kedua fansclub terbesar kedua tim, yakni Viking Persib Club dan The Jakmania sekitar tahun 2000. Jika dilihat dari kacamata klub justru kedua tim ini jauh dari kata rivalitas, untuk memperebutkan title dua klub terbesar di negeri ini rasanya terlalu jauh, karena kedua klub ini pun sudah dikatakan cukup lama tidak merasakan gelar Juara PERSIB terakhir mendapatkannya di tahun 1994 sedangkan PERSIJA di tahun 1997. Jika berbicara prestasi 10 musim terakhir masih banyak klub yang lebih baik seperti PERSIPURA Jayapura atau Sriwijaya FC. Bahkan yang lebih lucu kedua tim ini bisa dikatakan cukup sering “tukar kostum”, yakni berpindahnya pemain PERSIJA berkostum PERSIB begitu pun sebaliknya. Arcan Iurie Anatoviceli, Antonio Claudio, Charis Yulianto, Marwal Iskandar, Imran Nahumarury, Nuralim, Andi Supendi, Lorenzo Cabanas, Sonny Kurniawan Atep dan Baihaki Kaizan merupakan daftar pelatih dan pemain yang dalam 10 musim terakhir yang berganti kostum dari orange menjadi biru. Bagi dua tim yang mempunyai rivalitas tinggi haram hukum nya memberikan pemain bersangkutan pada tim yang notabenya merupakan klub rival mereka. Seperti yang terjadi pada Manchester United dan Liverpool, mereka sudah menjaga tradisi ini 3 dekade lebih, tidak ada pemain Merseyside yang berbaju Manchester secara langsung pada musim berikutnya. Rivalitas tinggi ini pernah terjadi ketika pada saat Gabriel Heinze mengutarakan keinginannya untuk meninggalkan Theather of Dream, gayung pun bersambut Rafael Benitez yang saat itu masih mengarsiteki kubu The Kop mengajukan penawaran yang sangat besar. Tetapi apa mau dikata kubu Manchester United lebih memberikan Gabriel Heinze pada Real Madrid dengan kontrak yang lebih kecil dibandingkan Liverpool. Inilah bukti sebuah klub yang menjaga rivalitasnya, mereka lebih baik memberikan mantan anak asuh nya dengan harga murah untuk klub lain daripada harus memberikan nya pada klub rival mereka meskipun secara materil lebih besar. Meskipun sistem tersebut belum bisa diterapkan di Liga Indonesia ini, karena seperti yang ketahui bersama klub-klub di Negeri ini belum mengenal yang namanya kontrak jangka panjang atau transfer pemain. Karena hampir semua klub di Indonesia masih menerapkan sistem kontrak primitif per musim, padahal jika dikelola secara baik ini merupakan salah satu sektor untuk klub menambah pundi-pundi kekayaannya, bukan kah sudah banyak pemain yang secara kualitas individu sangat baik di Liga Indonesia ini dan menjadi incaran klub-klub lainnya?
Namun pertanyaan diatas masih bisa kita rubah dengan, “mengapa klub masih mengambil pemain dari klub yang notabenya jelas-jelas klub rival mereka?” atau “mengapa masih banyak pemain yang dengan mudah nya berganti kostum dengan klub yang notabenya merupakan rival klub mereka sebelumnya?” jawaban yang akan keluar mungkin akan sama dan seragam, karena nilai kontrak yang diberikan oleh klub rival mereka cocok dengan yang mereka inginkan atau pemain pun beranggapan jika rivalitas klub di Indonesia bagi para pemain sendiri tidak berarti apa-apa dan bukan sesuatu yang begitu penting. Jadi, apakah rivalitas ini masih bisa dikatakan rivalitas klub? jika bukti dilapangan yang berivalitas hanya dari grass root yakni supporter saja. Sedangkan bagi klub, management, pelatih dan pemain sendiri rivalitas itu sendiri tidak ada. Masih layak kah PERSIB – PERSIJA dikatakan rivalitas dua klub? atau mungkin sudah saat nya kita merubah title menjadi rivalitas dua kubu fansclub supporter?

*disadur dari berbagai sumber

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

PERSIB Bandung vs PSV Eindhoven; This is a Fact!


Ruud Gullit pernah merasakan langsung hangat nya rumput stadion Siliwangi apalagi berhadapan dengan tim terbaik sepanjang masa versi saya PERSIB Bandung. Yah, ini bukan sekedar isu atau bualan belaka, karena ketika secara tidak sengaja saya berbincang-bincang dengan salah satu Bobotoh kolot, beliau menceritakan bahwa pada Maret tahun 1988 PERSIB Bandung pernah kedatangan tamu istimewa salah satu tim terbesar pada masa itu PSV Eindhoven. Tentu saja saya tidak tahu, karena pada saat itu mungkin saya belum menjadi seorang bobotoh (baru berumur 3 tahun, mana ngerti sepakbola apalagi Ruud Gullit lol). Pada saat itu PSV Eindhoven sedang melakoni rangkaian tur Asia bersama sponsor abadi tim ini Philips. Dalam turnya kali ini, PSV Eindhoven dihadapkan dengan beberapa tim papan atas Indonesia. PERSIB Bandung yang saat itu menjadi salah satu tim yang paling bergengsi di tanah air diberi kesempatan melakoni partai uji coba istimewa ini, meskipun yang menjadi juara dan runner up di kompetisi Perserikatan musim sebelumnya 1987/1988 yakni PERSEBAYA Surabaya dan PERSIJA Jakarta.

Pasukan PSV Eindhoven yang diturunkan menurut informasi yang saya dapatkan pun bukan pemain kelas dua Eropa seperti kondisi tim PSV Eindhoven saat ini. Tapi tim yang diturunkan pada saat beruji coba dengan PERSIB memang benar-benar pemain kelas dunia pada masa nya. Selain Ruud Gullit yang pada saat itu sudah dipinang AC Milan dan tercatat sebagai pemain termahal dunia, PSV Eindhoven pun diperkuat beberapa pemain bintang lainnya seperti Ronald Koeman, Wim Kieft dan Eric Gerets yang pernah menjadi kapten timnas Belgia. PERSIB Bandung sendiri pada saat itu menurunkan skuad terbaik nya ketika menjuarai kompetisi Perserikatan 1986 antara lain El Capitano Adeng Hudaya, Bambang Sukowiyono, Wawan Hermawan, Dede Rosadi, Erik Ibrahim, Ade Mulyono, Djajang Nurdjaman, Sobur, Boyke Adam, Suryamin, Robby Darwis, Adjat Sudrajat, Iwan Sunarya, Wawan Karnawan, Ajid Hermawan, Ujang Mulyana, Sam Triawan. Dan diarsiteki oleh Nandar Iskandar dan Indra Thohir . Hasilnya pun sudah dapat ditebak, meskipun saat itu PERSIB menurunkan skuad terbaiknya, tapi apa daya mereka semua tidak berdaya dihadapan Ruud Gullit cs dan gawang Wawan Hermawan pun dibombardir 4 gol tanpa balas. Gol PSV Eindhoven sendiri pada saat itu dicetak oleh Willy Van De Kerkhof, Eric Gerets dan Ruud Gullit 2 gol. Namun ke empat gol tersebut kesemuanya di cetak di babak pertama. Masa lalu yang sangat indah….. apakah mungkin untuk saat ini seorang pemain terbaik dunia seperti Wayne Rooney atau bahkan Lionel Messi dapat merasakan hangatnya rumput stadion Siliwangi, yang saat ini lebih layak dikatakan kebun kentang dibandingkan sebuah stadion seperti yang diungkapkan coach Timnas Indonesia Afred Riedl.

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Monday, October 11, 2010

Football is Life


Tanpa disadari olahraga dengan dua puluh dua pemain aktif di lapangan ini telah menjelma menjadi sesuatu yg mampu memberi arti pada hidup seseorang. Bahkan seorang Manager legendaris Merseyside Reds pun pernah berkata dan menjadi kutipan sepakbola yang sangat terkenal sampai saat ini "Some people think that football is a matter of life and death. Let me tell u this... it is much more serious than that!" Kutipan ini muncul ketika beliau memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia sepakbola, lalu hanya menunggu beberapa hari saja munculah kutipan tersebut dan membuat beliau menganulir keputusan nya.

Orang awam boleh saja menelan ludah ketika menemukan seseorang dengan sebuah tato berlogo tim kebanggaan nya di punggung, bahu, kaki, atau tangan mereka. Kegilaan-kegilaan seperti ini mungkin menjadi hal yang aneh bagi kebanyakan orang, tapi rasa fanatisme seseorang pendukung sepakbola memang selalu tidak dapat ditebak dan masuk logika. Sepakbola memang lebih dari hidup dan banyak orang yang percaya akan hal itu. Berapa ratus bahkan puluhan ribu orang yang rela mengorbankan jiwa dan raga nya demi tim yang mereka bela. Ini bukan hanya sekedar cerita fiksi menyayat hati yang membuat orang berdecak seakan tidak percaya layaknya film-film dari Korea atau sinetron Cinta Fitri, karena ini sebuah cerita nyata yang terjadi di depan mata. SAVE OUR FOOTBALL, RESPECT!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Monday, August 30, 2010

Inter Island Cup (IIC) 2010 at Jakabaring Stadium Palembang; PERSIBA Balikpapan 2 - PERSIB Bandung 3



Inter Island Cup (IIC) 2010 at Jakabaring Stadium Palembang;
PERSIBA Balikpapan 2
PERSIB Bandung 3

Dalam laga perdana yang dilakoni skuad PERSIB Bandung dalam turnament IIC 2010 yang berlangsung di Stadion Jakabaring Palembang tadi malam, sangat terlihat permainan Cecep Supriatna dkk kurang begitu greget, meskipun kedudukan akhir 2-3 untuk kemenangan PERSIB. Hal ini nampaknya bisa cukup dimaklumi selain karena faktor pertandingan perdana yang dilakoni skuad PERSIB, faktor ketidakhadiran 5 pemain inti yang sedang menjalani pemusatan pelatihan timnas Garuda pun menjadi alasan yang kongkret. Selain itu pun harus diingat pula PERSIB dalam pertandingan tersebut belum diperkuat 2 pemain asing Asia, yang semoga secara skill dan kualitas nya diatas rata2 pemain yang telah ada.
Hal ini sangat terlihat mencolok pada sektor pertahanan tim PERSIB, dimana 2 orang yang bertugas entah itu menjadi seorang stoper, libero, atau center back belum bekerja secara maksimal dan terjalin nya sebuah komunikasi yang cukup baik di lapangan. Beberapa kali pun offside trap yang diterapkan gagal dijalankan dengan baik dan selalu lambat untuk menutup pergerakan para striker lawan, untung nya penyelesaian akhir sang top skor ISL musim lalu Aldo Baretto pun kurang begitu baik. Hal ini sangat lah berbahaya jika PERSIB berhadapan dengan tim2 yang memiliki striker2 bertipikal petarung dan oportunis layaknya Keith Kayamba Gumps atau Boas Salosa.
Sedangkan posisi wing back kanan yang ditempati Wildansyah terlihat belum terbiasa atau masih sedikit canggung dengan pola 4 pemain sejajar di lini pertahanan yang diterapkan coach Darko, hal ini bisa dilihat dari kedua goal yang bersarang ke gawang PERSIB pun berawal dari serangan yang dibangun Eka Santika dkk dari sektor sisi kanan pertahanan PERSIB, sedangkan di posisi wing back kiri punggawa baru PERSIB musim ini Isnan Ali dengan segudang pengalamanya allhamdulilah bermain cukup taktis.
Di sektor tengah nampaknya coach Darko lebih memaksimalkan kedua sayap dibandingan serangan yang dibangun lewat tengah lapangan. Terlihat Esteban Viscara begitu jarang memberikan umpan2 cantiknya pada kedua striker, selain itu pun sepertinya bola terlalu nyaris jarang berlama-lama berdiam di kaki Viscara layaknya seorang konduktor permainan. Namun dibalik itu semua service bola mati seorang Viscara mempunyai kredit poin tersendiri, beberapa kali umpan manisnya memanjakan kedua striker termasuk goal ke dua PERSIB yg diselesaikan dengan baik melalui tandukan seorang Christian Gonzales.
Namun sayang permaina seorang Airlangga di babak pertama yang diplot sebagai sayap kanan bekerja tidak cukup maksimal, naluri seorang Airlangga sebagai seorang striker lebih menonjol, dimana Airlangga terlihat beberapa kali melakukan shoot ke arah gawang lawan yang nampaknya kurang efektif. Namun permainan Siswanto di sektor kiri cukup menjanjikan, beberapa kali Siswanto memberikan service2 yang cukup memanjakan kedua striker, malah beberapa kali Siswanto mengeluarkan skill bermain nya yang diatas rata2 untuk melewati hadangan pemain lawan.
Pada babak ke dua coach Darko memberikan kepercayaan pada pemain muda Jejen Zaenal, dan tanpa diduga permainan Jejen cukup begitu impresif di sisi kanan permainan, satu assist nya pun berbuah manis karena mengakibatkan seorang Dadic melakukan goal bunuh diri.
Dalam pertandingan tersebut pun terlihat coach Darko memainkan pola yang masih jarang diadopsi tim2 di Indonesia, formasi ini membutuhkan pemain dengan kualitas dan karakter menyerang, tetapi harus punya kesadaran untuk bertahan saat kehilangan bola. Selain itu, seorang yang diplot menjadi seorang gelandang bertahan pun harus disiplin akan posisi, tahu kapan naik dan kapan harus turun. Terlihat beberapa kali di lapangan coach Darko meneriaki Hariono untuk melakukan hal tersebut dan sadar posisi.
Untuk posisi striker sendiri nampaknya belum terjalin kerjasama dan komunikasi yang cukup apik antara seorang Christian Gonzales dan Pablo Frances, harus dimaklumi juga karena waktu nya pun belum lama untuk menemukan chamestry di antara keduanya, layaknya musim lalu ketika El Loco bertandem dengan Hilton Moreira. Tapi seiring jalan nya waktu insya Allah chamestry itu akan terbentuk dengan sendirinya.

*Semoga dipertandingan selanjutnya masih dalam gelaran Inter Island Cup (IIC) melawan Sriwijaya FC para punggawa PERSIB bermain lebih baik dan baik lagi, agar terbentuk nya sebuah tim yang kuat dan memiliki mental juara. Karna sebuah pertandingan uji coba bukan hanya untuk melihat hasil skor pertandingan tapi yang terpenting permainan yang ditampilkan untuk bahan sebuah evaluasi di pertarungan yang sesungguhnya. JAYALAH PERSIBKU!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Thursday, June 10, 2010

Budaya Salah Kaprah Hooliganisme di Indonesia


HOOLIGAN; mungkin inilah sebuah kata yang saat ini sedang sangat populer dikalangan penikmat sepakbola Negeri ini. Nama Hooligan saat ini memang telah menjadi sebuah trend dikalangan supporter Indonesia layaknya Skinhead, Punk atau Mods. Contoh kecil, ratusan bahkan ribuan orang memakai nick name kata Hooligan ini pada akun jejaring sosial mereka. Belum lagi ratusan design tshirt/sweater/jacket yang menunjukan bahwa mereka si pemakai adalah seorang Hooligan Sepakbola sebuah tim di Indonesia. Dan masih banyak gejala sosial lainnya yang menunjukan Hooligan saat ini menjadi sebuah trend dikalangan para supporter di tanah air.

Tapi tahukah mereka apa arti sebenarnya dari kata Hooligan tersebut? Kata Hooligan sendiri tidak hanya berfungsi menjadi kata benda (noun) saja yang berarti pendukung fanatik tim Inggris. Dalam konteks yang lebih luas, Hooligan bisa pula berfungsi menjadi kata sifat (adjective), kata kerja (verb), dan kata keterangan (adverb). Semua kelompok kata tersebut mewakili perilaku, sifat, pekerjaan atau perbuatan, dan keterangan atau keadaan yang menggambarkan perilaku tidak sportif, tidak jantan, tidak mau mengakui dan menerima kekalahan, anarki, destruktif, serta fanatisme buta. Jadi, Hooligan bukan hanya ada dalam kamus persepakbolaan, melainkan juga dapat diadopsi dalam realitas yang lain, termasuk politik. Hooliganisme diartikan sebagai tindakan atau perilaku kekerasan dan destruktif. Istilah Hooliganisme sendiri sudah muncul sejak akhir abad ke 19 tepatnya pada 1898 di Inggris.

Hooligan sendiri mengandung artian fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotip supporter dari Negara Inggris, tetapi saat ini telah menjadi sebuah fenomena global. Sebagian besar dari para Hooligan ini merupakan para back-packer yang sangat berpengalaman dalam bepergian. Mereka sering menonton pertandingan yang sangat beresiko besar. Banyak dari mereka sering keluar masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik dengan supporter musuh maupun dengan pihak keamanan sebuah wilayah. Untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan dengan sangat matang untuk sebuah perkelahian. Mereka sangat jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim idolanya, dan memilih berpakaian asal-asalan agar tidak terdeksi oleh pihak keamanan dan pendukung musuh. Para Hooligan ini biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama, tetapi berpencar-pencar. Dan satu yang pasti tujuan utama para Hooligan ini hadir dalam sebuah pertandingan yaitu ingin membuat sebuah keributan, dan menonton sebuah pertandingan menjadi tujuan mereka selanjutnya.

Lalu apakah keadaan ini sejalan dengan tingkah laku para supporter di Negeri ini? Jawabannya sudah pasti sangat jauh sekali. Dalam kamus para Hooligan, kehadiran mereka di arena pertandingan mungkin hanya menyanyikan dan mengumandangkan chants-chants tim kebangsaan mereka dan tidak pernah mengenal dengan yang nama nya tetabuhan tambur dan tari-tari an di dalam stadion layaknya supporter di Indonesia. Selain itu pun para Hooligan tidak mengenal dengan yang namanya flair berwarna dan berasap tebal atau beraneka ragam petasan yang selama ini sering terlihat dan menjadi ciri khas stadion-stadion di Indonesia (karena hal ini merupakan ciri khas para Ultras).

Sangat disayangkan Hooligan di Indonesia saat ini lebih diartikan menjadi sebuah trend bahkan fashion, karena namanya yang sangat keren dan kebarat-baratan. Mereka cenderung menjadi seorang fashion victim, yang memakai sesuatu tanpa tau maksud dan tujuan dibalik pakaian/atribut yang mereka gunakan. Memakai tshirt dengan kata-kata yang super menakutkan dan menunjukan seorang Hooligan sejati, tetapi untuk melakoni laga away saja harus berfikir berpuluh-puluh kali karena kota A dan B bukan bagian dari teman kelompok mereka. Apakah seperti ini layak menyandang ‘gelar’ seorang Hooligan? Inilah budaya salah kaprah yang terjadi dikalangan para pecinta sepakbola tanah air selama ini. Kenapa kita tidak percaya diri untuk memakai dan mengembangkan culture kita sendiri yang sudah turun menurun dan cenderung bangga memakai culture luar. Sudah saat nya kita semua kembali pada culture budaya kita sebagai orang timur, termasuk dalam hal menjadi seorang supporter sepakbola. Mengapa harus bangga menggunakan kata-kata Hooligan, Ultras, atau sejuta kata keren lainnya yang jelas-jelas bukan milik kita. Perkenalkan budaya kita pada dunia bukan kita yang menjadi korban budaya dunia.

*disadur dari berbagai sumber

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Thursday, June 3, 2010

Bintang Tim Nasional: Garuda Merah vs Garuda Putih



Bintang Tim Nasional
Garuda Merah vs Garuda Putih
Resmi sudah diselenggarakan koran olahraga Top Skor dan portal Goal.Com, dengan mengundang sekitar 4 pemain 'naturalisasi' dalam 'CharityGame' yang akan berlangsung 4 dan 7 Agustus, di Stadion Gajayana Malang dan 10 November Tambaksari Surabaya.

Para pemain yang masuk nom...inasi nantinya, akan dipilih oleh dua arsitek muda Indonesia, Rachmad Darmawan dan Jaya Hartono. Diperkirakan, akan terpilih 15 pemain untuk Garuda Merah dan 15 pemain untuk Garuda Putih.

Demikan para pemain yang masuk nominasi pemain nasional masa depan Indonesia :

Hasil Poling KIPER
Kepada anggota PSSI TANDINGAN yang kami hormati. Setelah sebulan mendata poling dari semua penggila bola Indonesia. Nominasi penjaga gawang yang sudah masuk database, akhirnya kami pilih enam kiper favorit Anda. Keenam kiper ini nanti akan disaring menjadi empat punggawa di atas mistar, sebagai pemain nasional Tim Garuda Merah dan Garuda Putih.

Keenam kiper ini selama sebulan mampu meraih suara terbanyak. Mereka terdiri adalah Kurnia Meiga (Arema, 20 tahun) meraih 109 suara, Markus Haris Maulana (Persib, 29 tahun) dapat 93 suara, Ferry Rotinsulu (Sriwijaya FC, 28 tahun) dengan 51 suara, Donovan Partosoebroto (Ajax Jr, 20 tahun) dengan 23 suara, Tri Windu Anggono (SAD, 18 tahu) dapat 22 suara, dan disusul Danang Wihatmoko (Persijap, 28 tahun) meraih 21.

Hasil Poling BELAKANG
Sesuai dengan hasil kriteria poling sejak 16 April 2010 lalu, akhirnya kami pilih 12 pemain di posisi belakang. Kriterianya sebagai berikut: Satu : Bukan pemain tim nasional terakhir asuhan Benny Dollo. Dua : Bisa dari bekas tim asuhan Benny Dollo, jika berusia diantara 21 – 26 tahun.

Hasilnya, ke-12 pemain tersebut adalah Ricardo Salampessy (Persipura, 24 tahun) menjadi unggulan dengan 88 suara, Yericho Cristiantoko (SAD, 18 tahun) dengan 46 suara, Irfan Raditya (Arema, 22 tahun) meraih 38 suara, Zulkifly Sukur (Arema, 26 tahun) dengan 36 suara, M. Wildansyah (Persib, 23 tahun) 35 suara, Purwaka Yudi (Arema, 26 tahun) dapat 31 suara, M. Roby (Persisam, 25 tahun) 31 suara, Jayusman Triasdi (Persebaya, 23 tahun) meraih 29 suara, Benny Wahyudi (Arema, 24 tahun) dapat 27 suara, Bobby Satria (Sriwijaya FC, 24 tahun) 22 suara, Zaenal Haq (SAD, 18 tahun) 17 suara, Dedi Gusmawan (PSPS, 25 tahun) 10 suara.

Hasil Poling TENGAH
Sesuai dengan hasil kriteria poling sejak 16 April 2010 lalu, akhirnya kami pilih 12 pemain di posisi lini tengah. Kriterianya sebagai berikut: Satu : Bukan pemain tim nasional terakhir asuhan Benny Dollo. Dua : Bekas tim asuhan Benny Dollo, masih bisa terpilih jika berusia diantara 21 – 26 tahun.

Ke-12 barisan yang diharapkan bisa memainkan karakter sebagai playmaker, destroyer, dynamo dan gelandang serang ini, akhirnya terpilih adalah Atep (Persib. 25 tahun) meraih 112 suara, Eka Ramdani (Persib, 26 tahun) dapat 82 suara, Hariono (Persib, 25 tahun) memperoleh 74 suara, Ahmad Bustomi (Arema, 25 tahun) 52 suara, Siswanto (Persema, 26 tahun) 52 suara, Taufik (Persebaya, 24 tahun) 51 suara, Arif Suyono (Sriwijaya FC, 26 tahun) 51 suara, Ian Louis Kabes (Persipura, 24 tahun) 46 suara, Abdulrachman.Lestaluhu (SAD, 18 tahun) mendapat 33 suara, Emmanual Wanggai (Persipura, 22 tahun) 33 suara, Johan Johansyah (Persijap, 22 tahun) 27 suara dan yang terakhir M. Nasuha (Sriwijaya FC, 26 tahun) 26 suara.

Hasil Poling DEPAN
Sesuai dengan hasil kriteria poling sejak 16 April 2010 lalu, akhirnya kami pilih 12 pemain di posisi lini depan. Kriterianya sebagai berikut: Satu : Bukan pemain tim nasional terakhir asuhan Benny Dollo. Dua : Bekas tim asuhan Benny Dollo, masih bisa terpilih jika berusia diantara 21 – 26 tahun.

Ke-12 pemain yang diharpakan bisa menjadi mesin gol sekaligus memiliki daya jelajah dari sayap kiri dan kanan ini, akhirnya terpilih Boaz Solossa (Persipura, 24 tahun) meraih angka 130 suara, Yongki Aribowo (Persik, 21 tahun) meraih 91 suara, Samsir Alam (SAD, 18 tahun) 63 suara, Andik Vermansyah (Persebaya, 18 tahun) 60 suara, Samsul Arif (Persela, 25 tahun) 50 suara, Irfan Bachdim (SV Argon, 21 tahun) 37 suara, Airlangga Sucipto (Persib, 25 tahun)31 suara, Alan Martha (SAD, 18 tahun 23 suara, Octavianus Maniani (Persitara, 20 tahun) 17 suara, Dendi Santoso (Arema, 20 tahun) 17 suara, Jajang Mulyana (Pelita Jaya, 22 tahun) 15 suara, dan yang terakhir Ferry Aryawan (Persiba, 24 tahun) 15 suara.

*disadur dari berbagai sumber

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Aremania - Viking Korban Sebuah Propaganda


Bagi sebagian orang yang akun Facebook nya ikut bergabung dengan sebuah grup yang bernama Aremania-Viking Satu Warna Bukan Musuh, mungkin pada saat itu terheran-heran, karena begitu saja para admin di grup ini merubah nama grup menjadi Aremania-Bobotoh. Loh memang ada apa? Tidak lama kemudian rasa penasaran di benak saya pada saat itu pun bisa langsung hilang, ketika ada sebuah message yang masuk pada akun Facebook saya yang dibuat oleh admin grup tersebut yang kebetulan dari pihak Aremania. Mungkin belum semua orang membaca, maka dari itu saya reply kembali isi surat tersebut, isinya kurang lebih sebagai berikut:

Salam Satu jiwa. Salam Satu warna. !!
Menanggapi kejadian Aremania tour jakarta 28 mei – 1 juni 2010.
Sangat disayangkan melihat kondisi yang ada saat ini, Grup ini didirikan saat ISL 2010 ini memasuki pekan – pekan awal putaran pertama sebelum arema-persib bertanding di musim ini. Pertama kali tujuan terbentuknya grup ini yaitu memperjelas hubungan antara aremania-viking. kita ketahui sendiri aremania - viking sebelum ISL musim ini bisa dibilang hubungan yang harmonis hampir tidak ada konflik yang terjadi antara Aremania – Viking. Ungkapan “Hubungan yang harmonis” ini juga bukan suatu ungkapan belaka tapi dilihat dari sisi kenyataan yang ada, apa pernah aremania-viking terlibat bentrokan yang parah sampai timbul korban luka. Lantas kenapa Sebelum ISL musim 2010 ini hubungan Aremania-Viking terlintas tidak begitu baik? Kita pasti sadar Aremania merupakan Sahabat baik dengan The Jakmania yang notabene ialah musuh dari Viking, begitupun juga sebaliknya Viking merupakan dulur dari Bonek yang notabene ialah musuh dari aremania. Hal di atas itulah yang membuat hubungan Aremania – Viking seolah-olah kurang harmonis karena sahabat dari masing-masng kelompok sama-sama musuh bebuyutan dari situlah muncul anggapan aremania-viking adalah musuh, dan dari situ juga sering terjadi provokasi dari kelompok lain.
Itu mungkin fakta yang ada dan kami merasa gagal dalam pembentukan grup ini, mohon maaf untuk pihak-pihak yang dirugikan, akibat insiden yang terjadi saat keberangkatan-kepulangan aremania di wilayah jawa barat. Tujuan grup ini yaitu meluruskan dan memperkokoh keharmonisan hubungan antara Aremania – Viking, namun kita semua tidak tahu ternyata berakhir seperti ini. Grup ini gagal meluruskan hubungan Aremania – Viking dan kita biarkan saja Hubungan Aremania – Viking Berjalan apa adanya melihat fakta-fakta yang ada pada masa lalu, sekarang dan esok tanpa ada grup ini. Saat ini terserah anda, opini public, pendapat personal anda pribadi tentang hubungan Aremania – Viking itu sendiri. Anda sendiri dapat menilai pengaruh kelompok supporter lain yang membuat hubungan Aremania – Viking sekarang seperti ini.
Grup ini akan segera dibubarkan. Tapi perlu diketahui oleh banyak pihak yang belum paham AREMANIA DAN VIKING TIDAK PERNAH SALING BENTROK DAN SERANG SEBELUM KEJADIAN 28 MEI - 1 JUNI 2010 INI.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Salam satu Warna. Salam satu Jiwa.

Harus diakui secara gentle jika argumentasi di atas memang benar, sejak kapan publik Bandung bermusuhan dengan publik Malang? Jauh sebelum kita berteman dan bersaudara dengan salah satu “fansclub”, Publik Bandung dan Malang dalam hal ini Viking/Bobotoh dan Aremania sering saling mengunjungi kala pertandingan away masing-masing team, dan tentu perjalanan laga away ini pun berjalan dengan sangat simpatik. Belum pernah terjadi sekalipun Viking/Bobotoh mendapatkan perlakuan yang tidak simpatik ketika di Malang begitu pun sebaliknya, semua berjalan dengan sangat lancar dan terkendali. Lalu kenapa hal yang sangat tidak terpuji seperti kemarin kala Aremania melakoni tour menuju Ibukota mendapatkan perlakuan yang sangat kurang simpatik dari publik di Jawa Barat? Inilah sejarah yang salah kaprah dan tentu harus segera diluruskan agar masalah ini tidak perlu berlarut-larut atau bahkan tidak berujung seperti perselisihan publik Bandung dengan tim Ibukota tentunya.
Sedikit melihat sejarah kebelakang mungkin kesalahpahaman ini terjadi pertama kali ketika Viking dan saudara tua nya Bonek menjalin sebuah ikatan brotherhood yang sangat baik dan mungkin yang pertama di dunia ketika dua fansclub berbeda tim bersatu dan terikat, dan terkenal dengan jargon Satu Hati yang terkenal seantero Negeri ini tentunya. Dan disaat yang sama pun secara tidak sengaja Aremania pun menjalin hubungan brotherhood yang serupa dengan publik Jakarta hal ini tentu saja dengan Jak Mania, yang terkenal dengan jargon Satu Jiwa nya. Mungkin disinilah awal pertentangan dan perpecahan Viking-Aremania bisa disebutkan dimulai, karena sangat terlihat posisi untuk Viking dan Aremania sangat-sangat tidak strategis. Disatu pihak Viking “sedulur” dengan Bonek dan Aremania “sedulur “ dengan Jak Mania, tentu semua orang penikmat sepakbola Nasional atau bahkan orang yang awam sekalipun terhadap dunia si kulit bundar tanah air pasti mengetahui jika Bonek-Aremania dan Viking-Jak Mania tidak pernah sepaham dan mempunyai sejarah perpecahan yang cukup panjang tentunya. Tetapi bukan berarti meskipun Viking “sedulur” dengan Bonek harus bermusuhan dengan Aremania? Begitupun sebaliknya meskipun Aremania “sedulur” dengan Jak Mania harus bermusuhan dengan Viking? Jika memang ingin bermusuhan dengan salah satu fansclub, ya sudahlah masing-masing saja, kenapa harus mengajak fansclub-fansclub lainnya untuk bermusuhan dengan fansclub yang kita benci?
Disinilah akar permasalahannya, ketika jargon Satu Hati dan Satu Jiwa ini mulai merekat pada ke empat fansclub tersebut, dipihak yang lain nampak dan nyaris tidak melakukan backup yang baik untuk membentengi agar hubungan Aremania dan Viking berjalan sebagaimana semestinya. Bahkan sering kita mendengar chants yang bernada olok-olok terhadap Aremania yang dilakukan publik Bandung di stadion kala PERSIB melakoni partai kandang. Sedikit ingin memberikan gambaran, sebenarnya apa yang salah dengan tim Arema memakai embel-embel Indonesia di belakang tim mereka? Bukankah nama PERSIB pun kepanjangan dari PERsatuan Sepak Bola Indonesia Bandung? Lalu apa bedanya dengan AREMA Indonesia yang kepanjangan dari AREk Malang (anak Malang) Indonesia? Secara susunan kata dan pemaknaan dibalik sebuah singkatan pun nyaris sama? Lalu apa yang menjadi sebuah permasalahan?
Bagaikan sebuah bom waktu yang setiap saat siap untuk meledak, perpecahan ini pun berjalan. Dan puncaknya seperti yang terjadi kemarin ketika rombongan Aremania melakukan laga away menuju Ibukota, mereka mendapatkan perlakuan yang kurang simpatik hampir di seluruh kawasan Jawa Barat, oleh oknum yang mengatasnamakan diri mereka sendiri “PERSIB banget”. Ada berbagai kabar burung yang beredar setelah pasca penyerangan kereta yang mengangkut rombongan Aremania ini? Ada yang menyebutkan ada anggota Aremania yang luka-luka lah, ada yang terjatuh dari kereta lah, bahkan ada berita yang mengabarkan kalau ada anggota Aremania yang meninggal dunia. Kebenaran berita ini sampai detik ini mungkin hanya Tuhan yang tau, karena belum ada pernyataan resmi dari pihak korban mengenai jumlah korban yang pasti. Namun satu yang pasti rombongan ini dilempari dibeberapa kota yang terletak di kawasan Jawa Barat bukan hanya oleh batu tetapi juga oleh Bom Molotov, pada saat melakukan perjalan pulang menuju kota Malang.
Sudah cukup korban sia-sia akibat permusuhan yang cenderung kesalah faham ini, sebelum berakhir dengan lebih parah tentunya. Tentu kita pun ingin bisa datang kembali ke Stadion Kanjuruhan Malang dengan perasaan tenang tanpa ada rasa ketakutan sedikit pun, begitu pun sebaliknya Aremania pun tentu ingin kembali menginjakan kaki mereka kembali ke Stadion Siliwangi seperti dulu. Karena kita mendukung PERSIB tidak hanya untuk laga kandang saja, kita pun tentu saja ingin merasakan atmosfer seluruh stadion yang berada di Republik ini. Semoga kejadian kemarin menjadi kejadian yang pertama dan juga untuk yang terakhir kalinya. Amin……..

Aremania-Viking bukan musuh. One Blue and One Indonesia
Jayalah Persibku… Jayalah Indonesiaku…

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Sunday, May 16, 2010

Rasialisme PSSI Version


Lagi-lagi Lembaga tertinggi persepakbolaan di negara ini membuat sebuah aturan absurd dan sangat tidak masuk akal. Komisi Disiplin melalui juru bicaranya Hinca bahwa Panpel Persib mendapatkan denda atas kejadian yang berlangsung di stadion Si Jalak Harupak Kab.Bandung saat Persib Bandung menjamu Persebaya Surabaya karena Komisi Disiplin PSSI menilai puluhan ribu penonton yang hadir menyanyikan yel-yel yang berbau rasis.
Apakah di dalam kamus bahasa Indonesia telah diubah bahwa kata-kata kasar seperti maaf-anjing dan goblog termasuk kata rasis? Di belahan dunia mana pun termasuk negara-negara yang sangat menjunjung tinggi HAM seperti Inggris atau bahkan Amerika Serikat pun yang saat ini sedang demam sepakbola, menonton sepakbola pasti tidak akan pernah jauh dari yang namanya ngumpat-mengumpat terhadap tim lawan. Berbeda konteks kalau berbicara rasialisme seperti kasus yang menimpa striker muda Inter Milan Balloteli ketika mendapat ejekan suara monyet oleh para pendukung Juventus ketika kedua tim bertemu. Atau kasus Samuel Eto'o musim yang lalu ketika mendapatkan perlakuan serupa dari pendukung Villareal dan Valencia. Lalu mengapa PSSI tidak bisa membedakan antara berbicara kasar/mengumpat dengan berbicara rasis? apakah berbicara kasar sekarang ini tidak diperbolehkan di dalam kawasan stadion di seluruh Indonesia?

BEBERAPA CHANTS FANS CLUB EROPA UNTUK RIVAL MEREKA MASING-MASING:

Oh Merseyside (oh Merseyside),
Is full of s**t (is full of s**t),
Oh Merseyside is full of s**t,
Its full of s**t, s**t and more s**t,
Oh Merseyside is full of s**t.
*Chants Manchester United Fans terhadap seteru abadi mereka Liverpool.

Benitez have you ever? Have you ever? seen your dick?
*chants para pendukung tim di Liga Inggris untuk mengina pelatih Liverpool Rafa Benitez.

Galatasaray, galatasaray we want going to fuc**d your mom.
*yel-yel Fans Fenerbache Turki untuk seteru abadi mereka Galatasaray.

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Klasifikasi Penonton Sepakbola


1.Hooligan
Hooligan adalah fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotif supporter sepakbola dari Inggris, namun akhi-akhir ini menjadi fenomena dunia termasuk negara Indonesia sendiri. Sebagian besar dari hooligan adalah para backpacker yang berpengalaman dalam melakukan sebuah perjalanan. Tidak sedikit dari mereka yang sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat dalam sebuah bentrokan. Mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim pujaannya agar tidak terdeksi kehadiran mereka oleh pihak aparat. Meski demikian, keunggulan dari hooligan ini mereka paling anti menggunakan senjata dalam melakukan sebuah duel, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok banci.
2.Ultras
Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian 'di luar kebiasaan'. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion. Karakter mereka cenderung tempramental, tidak jauh seperti hooliga. Jika tim nya kalah bertanding atau diremehkan pihak musuh. Namun perbedaan mereka dengan hooligan terletak pada tujuan kehadiran mereka di stadion. Tujuan utama kehadiran mereka adalah untuk mendukung tim, bukan untuk menunjukan kekuatan lewat adu fisik. Anggota ultras biasanya merupakan anggota yang setia dan loyal terhadap tim yang mereka bela.
3.The VIP
Bagi mereka, yang penting bukan menonton sepakbola, melainkan supaya ditontong penonton lain. Sebagian besar penonton ini adalah kaum selebritas yang hadir diantara kerumunan orang selain itu pun mereka para pebisnis tingkat tinggi yang menyaksikan pertandingan di kotak VIP (skyboxes) demi sebuah gengsi untuk sebuah pencitraan diri. Merka tidak perduli dengan hasil pertandingan, kecuali itu akan mempengaruhi bisnis yang digelutinya.
4.Daddy/Mommy
Mereka adalah orang-orang yang suka membawa anggota keluarga ke dalam stadion. Bagi mereka menonton pertandingan sepakbola dalam sebuah stadion merupakan sebuah hiburan rekreasi keluarga. Oleh karena itu, biasanya tipe ini hadir ke stadion ketika tiket pertandingan tidak terlalu mahal seperti pada babak-babak penyisihan. Sebagian besar para Daddy/Mommy ini adalah karyawan yang bekerja secara profesional yang gemar terhadap sepakbola namun tidak terlalu fanatik. Letak duduk mereka di stadion pun biasanya jauh dari para hooligan dan ultras.
5.Pohon Natal
Pohon natal karena sekujur tubuh mereka dibenuhi berbagai atribut klub, mulai dari pin, badge, scraft, jersey, kupluk, topi, corat-coret wajah, beraneka ragam wig, sampai tato yang menghiasi tubuh mereka. Berbeda dengan ultras dan hooligan yang selalu laki-laki, christmas tree bisa laki-laki maupun perempuan, tampil sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mereka tak hanya menonton sepakbola tetepi juga berusaha menunjukan identitas negara atau kelompok mereka. Mereka biasanya duduk berkelompok di areal yang jauh dari hooligan dan ultras.
6.The Expert
Sebagian besar adalah para pensiunan yang telah berumur. Meraka tak sayang menggunakan uang pensiunannya untuk bertaruh. Tak heran wajah mereka selalu bertaruh. Tak jarang pula mereka meneguk berbotol-botol minuman karena saking tegangnya. Namun 'para ahli' pertaruhan ini biasanya hanya tertarik pada pertandingan sekelas World Cup dan UEFA cup, bukan pada pertandingan liga. Letak duduk mereka biasanya selalu dekat gawang untuk memudahkan mereka berteriak bak seorang pelatih.
7.Couch Potato
Muingkin inilahkelompok terbesar dari fans sepakbola. Mereka ini tipe penonton yang tidak hadir langsung ke stadion namun melalui pesawat TV di rumah. Tipe ini berasumsi bahwa menonton melalui TV lebih nyaman daripada membuang uang untuk sebuah pertandingan yang belum tentu bagus. Akan tetapi jangan salah, meskipun hanya menonton di depan TV, mereka juga berdandan seolah-olah berada di dalam lapangan. Kaos tim, bendera dan segera macam atribut lainnya.
So, dimanakah posisi anda berada?

*disadur dari berbagai sumber

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Transformasi Mencari Bentuk



Mungkin manusia ditakdirkan untuk hidup dan berdosa. Hanya untuk mengurai kesempurnaan yang tidak berbilang. Tetapi siapa yang mampu menilai sebuah kesempurnaan? bukan aku, kamu, kalian, maupun yang lainnya. Meluncur begitu saja diantara kaki-kaki bukit hitam yang licin serta berbau amis darah. Toh, dosa sudah lama tak dikunjungi lagi. Meminjam istilah Anton Kurnia, yang dikutip dari bukunya “Dunia tanpa Ingatan”, setelah “tidur panjang” selama lebih dari tiga puluh tahun serta “mimpi buruk” penindasan struktural dan penjajahan kultural yang nyaris tak kunjung usai, kita terbangun bagaikan kumpulan kanibal “yang lupa pada kodratnya sebagai manusia.” Seolah menggambarkan kegetiran yang menimpa perasaan sebagian besar bobotoh di awal musim penyelenggaraan kompetisi Indonesia Super League ini. Karena akibat kebrutalan dan kebodohan sebagian oknum bobotoh yang dilakukan ketika PERSIB mengalami sebuah kekalahan pada awal kompetisi. Akibatnya seluruh bobotoh dan semua pihak yang secara tulus mencintai tim ini pun ikut terkena imbas bagaikan sebuah efek domino. Salah satunya dimana bagaikan seorang pesakitan, kita tidak diperkenankan menggunakan attribut kebanggaan, kala mendukung tim kebanggan secara langsung. Akibat aturan absurd yang dibuat oleh orang-orang tidak profesional yang memimpin jalannya kompetisi ini.
Tahun memang telah berganti, bukan bermaksud underestimate atau bahkan berfikir utopis. Namun ketakutan dan kecemasan hal serupa terjadi kembali, selalu menghantui pikiran pihak-pihak yang mencintai tim ini secara tulus. Karena bukan tanpa alasan kekhawatiran seperti ini akan terjadi kembali, seolah-olah tanpa jera dan perasaan tersakiti, kejadian serupa terus berulang-ulang hampir di setiap tahun nya. Bahkan dengan alibi yang mereka perkuat di dalam benak diri, dan cenderung seperti mencari pembenaran-pembenaran lain yang sifatnya tabu, bahkan hanya mengada-ngada belaka.
Semoga saja seiring bertambahnya usia bumi ini, beriringan pula dengan harapan dan mimpi kita menjadikan bumi ini lebih indah dan sedikit beradab. Why not! Kalau mengutip perkataan bijak K.H. Abdullah Gymnastiar, “Mulailah dari diri sendiri... Mulailah dari hal yang kecil... Mulailah dari sekarang” Cheers!

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

Bandung Lautan Biru


Bandung merupakan sebuah kota yang memiliki banyak sekali julukan dan ungkapan mulai dari Paris Van Java, Kota Kembang, Bandung lautan api, dan mungkin sekarang ini bertambah satu “Bandung lautan Biru”.

Lho memang ada ya ungkapan seperti itu? Tidak berlebihan rasanya jika melihat Bandung mempunyai sebuah ungkapan baru seperti itu. Ada beberapa bukti yang bisa menjadikan sebuah celotehan tersebut bisa benar-benar terjadi. Yang pertama mungkin kita bisa melihat ternyata hanya di Bandung saja loh yang mempunyai sebuah monumen/patung yang berhubungan dengan tim sepakbola sebuah daerah. Nyatanya di kota-kota lain di Indonesia ini tidak ada seperti hal nya “patung Adjat Sudrajat” tersebut, bahkan yang lebih membanggakan patung tersebut terletak di sebuah jalan protokol di Kota Bandung atau bisa juga disebutkan terletak di tengah-tengah kota Bandung ini, bukan hanya terletak di sebuah pelataran Stadion seperti hal nya kota-kota di Eropa pada umum nya. Hal kedua yang bisa menjadi acuan tentu saja fanatisme bobotoh terhadap Persib yang begitu luar biasa. Salah satu bukti yang paling kongkrit yaitu bagaimana bobotoh selalu membanjiri Stadion Siliwangi ketika Persib bertanding. Bahkan ketika prestasi tim Persib sedang dalam kondisi terpuruk sekali pun Stadion Siliwangi tidak pernah sepi dari serbuan Bobotoh, hal itu sudah terbukti seperti ketika musim tahun 2006 dimana tim Persib nyaris terdegradasi, Siliwangi tetap dipenuhi bobotoh. Bahkan salah satu mantan pemain asing Persib yang kini berkostum PSMS Medan Patricio Jimenez pun pernah berkata, bahwa fanatisme publik Bandung terhadap Persib sama hal nya publik Buenos Aires Argentina terhadap tim Boca Juniors, di hampir seluruh sudut kota ini selalu saja ditemukan hal-hal yang berhubungan dengan Persib seperti rumah yang dicat biru warna kebangsaan tim bahkan digambari Maung sebagai sebuah tanda penegas. Bahkan lanjut Jimenez di Bandung pun banyak sekali nama orang yang ada keterhubungannya dengan tim ini, salah satunya panglima Viking Persib Club Ayi Beutik memberi nama Persib kepada kedua anaknya. Anak Pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki diberi nama Jayalah Persibku dan Anak kedua yang berjenis kelamin wanita pun diberi nama Usab Perning. Nama tersebut diambil dari bahasa “slank” yang populer di Bandung pada tahun 70an, yang artinya Persib.

Bandung dan Persib saat ini memang dua nama yang tidak bisa dipisahkan. Tak bisa disangkal pula secara tidak langsung pun saat ini Persib sudah menjadi sebuah ikon Kota Bandung, bahkan Jawa Barat. Namun sangat disayangkan fanatisme bobotoh yang sangat berlebihan tersebut terkadang menimbulkan anarki dan berakhir chaos. Biasanya hal itu terjadi ketika tim Persib gagal meraih kemenangan dalam laga kandang nya. Gara-gara ulah tidak terpuji dari sebagian oknum bobotoh ini yang terkena getah nya tentu saja tim Persib sendiri. Dalam setiap musim Persib selalu saja harus menjalani pertandingan hukuman tanpa penonton dan sejumlah denda tentunya. Bahkan yang paling gres, di awal musim kompetisi tahun ini ketika Persib dikalahkan tim Ibukota Persija di Siliwangi, terjadi kerusuhan yang cukup luar biasa yang berdampak pada hukuman BLI terhadap Persib untuk bertanding tanpa dapat disaksikan bobotoh secara langsung dalam beberapa pertandingan. Bahkan hukuman pun berlanjut dimana bobotoh seperti seorang pesakitan yang tidak dapat menggunakan kostum kebanggan mereka ketika menonoton Persib secara langsung baik itu ketika partai home maupun away selama kompetisi tahun ini berlangsung.

Kembali pada masalah fanatisme, nama Persib pun sepertinya membawa berkah dan rezeki terhadap orang-orang yang begitu total terhadap tim ini. Contoh halnya dalam beberapa tahun ini banyak sekali tabloid dan majalah bermunculan yang khusus untuk mengupas Persib seperti Nu Aing Magazine, Bobotoh, Persib Plus, Maung Bandung, Persib Magazine, Make Manah Magazine. Bahkan yang lebih gila lagi oplah surat kabar lokal terbitan Bandung, satu hari sebelum dan satu hari sesudah Persib bertanding selalu naik dua kali lipat. Itu baru dari sektor media cetak saja belum dari sektor-sektor lainnya seperti TV lokal, Cafe/Resto, Radio, Clothing/Distro, bahkan Recording.

Virus Persib di Bandung dan jawa barat memang benar-benar tak terbendung. So, kalau dulu ada ungkapan Bandung lautan api bolehkan sekarang bertambah satu menjadi Bandung lautan biru.

Hallo.. Hallo.. Bandung
Ibukota Periangan
Hallo.. Hallo.. Bandung
Kota Kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan Biru
Mari bung rebut kembali
(dinyanyikan seperti lagu 'Hallo-hallo Bandung ciptaan Ismail Marzuki)

Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib