| Dwi Anugrah Mugia Utama | Bobotoh | Mountaineering | Vegetarian | Working Class | Partikel Bebas |

Monday, June 18, 2012

Ketika Sepakbola dan Kearifan Lokal Saling Menghormati

foto: istimewa (google)

Tercengang dan terperanjat itulah reaksi saya ketika menyaksikan pertandingan lanjutan kompetisi ISL antara tuan rumah PSAP Sigli melawan Pelita Jaya (18/6) yang disiarkan di salah satu stasiun TV Swasta. Pada menit 30 tiba-tiba wasit yang memimpin pertandingan membunyikan peluit agar pertandingan yang sedang berlangsung berhenti untuk sementara waktu, hal ini bukan karena ada pemain yang cedera atau bahkan kerusuhan yang kerap terjadi di pertandingan sepakbola Negara ini. 

Atas kesepakatan kedua belah pihak sebelum memulai pertandingan, kubu PSAP Sigli dan Pelita Jaya Karawang bersepakat bahwa ketika Adzan Ashar berkumandang mereka sepakat untuk menghentikan pertandingan sementara waktu dan melanjutkan pertandingan ketika adzan selesai dikumandangkan. Hal ini bagi kita para penikmat sepakbola di tanah air maupun dunia merupakan sebuah barang yang sangat langka dan hebat. Bagaimana tidak pertandingan terhenti beberapa saat untuk menghormati umat Islam yang sedang mengumandangkan adzan untuk panggilan Shalat. Tidak lama kemudian, kurang lebih hanya sekitar 4 menit saja, wasit pun kembali melanjutkan pertandingan ketika adzan yang dikumandang sang muadzin pun selesai.

Seperti yang kita ketahui bersama, Aceh merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya, seperti wajibnya seorang wanita Muslim untuk menggunakan jibab dan menutup aurat ketika mereka hendak keluar dari rumah. Disini saya sebagai penulis melihat sudut pandang yang sangat cantik, dimana kearifan local tersebut bisa berpadu dengan sebuah pertandingan sepakbola dan tidak sampai merugikan sama sekali pihak manapun. Respect!

 Oleh Dwi Anugrah Mugia Utama
Pecinta Sepakbola dan Bobotoh Persib

No comments:

Post a Comment